Tidak banyak kamera saku yang mampu mencuri perhatian banyak pihak karena kualitasnya. Di masa lalu ada tiga kamera yang sangat terkenal sebagai rajanya low light dengan lensanya yang punya bukaan (lebih) besar untuk memasukkan cahaya lebih banyak. Diantara ketiganya adalah Lumix LX3 yang sudah begitu populer di kalangan profesional. Dua tahun berselang, Panasonic pun membuat penerusnya yaitu Lumix LX5 (Panasonic jarang mau memakai angka empat) dengan berbagai perbaikan minor. Namun tiba-tiba di awal tahun 2011 Olympus membuat kejutan dengan meluncurkan Olympus XZ-1 sebagai penantang head-to-head dengan Lumix LX-5 untuk meraih posisi bergengsi sebagai kamera berlensa cepat terbaik di dunia.
Sebelum membedah kedua kamera ini, saya ulas sedikit saja soal bukaan lensa yang agak bersifat teoritis. Prinsipnya setiap lensa punya diafragma yang punya diameter tertentu, bisa dibuat lebih besar (untuk memasukkan lebih banyak cahaya) atau dibuat mengecil. Tentunya ada nilai bukaan maksimal (dan minimal) untuk setiap lensa, dan ini dinyatakan dalam f-number. Lensa yang punya bukaan besar biasa disebut lensa cepat, artinya bisa memakai kecepatan shutter tinggi. Umumnya bukaan maksimal lensa di pasaran berkisar antara f/2.8 hingga f/3.5 dimana f/2.8 punya bukaan yang lebih besar daripada f/3.5. Nah, bila lensa kamera punya lensa dengan bukaan f/2.0 artinya secara teknis lensa ini sanggup memasukkan cahaya 2x lebih banyak daripada lensa f/2.8. Jadi lensa f/2.0 identik dengan lensa cepat, berguna saat ingin memakai kecepatan shutter tinggi atau saat memotret di tempat low light (yang pastinya kecepatan shutter akan turun dengan drastis).
Kedua kamera ini, Lumix LX5 dan Olympus XZ-1, punya berbagai kesamaan spesifikasi yang tidak mengherankan karena memang Olympus XZ-1 didesain untuk berkompetisi langsung dengan Lumix LX5. Sebutlah misalnya memakai material bodi berbahan logam, sensor CCD 10 MP, layar 3 inci resolusi tinggi, HD movie dan RAW file format. Keduanya juga memakai lensa dengan bukaan besar tentunya. Keduanya bahkan memakai lampu kilat yang bersistem pop-up, untuk kreativitas lebih tersedia flash hot shoe dengan fitur TTL. Lucunya, keduanya lebih suka memakai tutup lensa daripada mendesain lensa yang bisa menutup dengan otomatis.
Namun untuk mengenal lebih dekat masing-masing kandidat, ada baiknya kita simak sekilas keduanya :
Sang juara bertahan : Panasonic Lumix LX5
Hadir menyempurakan produk yang sangat populer di masa lalu yaitu Lumix LX2 dan LX3, kini Panasonic membuat penerusnya yang bernama Lumix LX5. Kamera ini merupakan kamera premium, kamera saku high-end dan sekaligus kamera saku termahal yang pernah dibuat oleh Panasonic. Dengan kisaran harga jual 4,7 juta rupiah, Lumix LX5 bahkan lebih mahal daripada kamera DSLR EOS 1000D atau Nikon D3000. Lumix LX5 mengandalkan lensa Leica yang dinamai DC Vario Summicron, kini dengan rentang fokal 24-90mm dan rentang diafragma f/2.0-3.3 yang mengagumkan. Berbalut bahan logam, kamera saku ini pastinya sudah sarat fitur wajib untuk menyandang gelar kamera mewah. Perbedaan nyata antara LX5 dan LX3 adalah pada lensanya yang lebih panjang (90mm dibanding 60mm) sehingga rentang fokalnya lebih serba-bisa untuk dekat maupun jauh.
Lumix LX5 menawarkan beberapa fitur unggulan seperti :
- selektor multi aspect ratio (1:1, 3:2, 4:3 atau 16:9) tanpa menurunkan resolusi
- manual eksposur P/A/S/M dengan rentang kecepatan shutter 60 – 1/4000 detik, 2.5 fps
- turn-and-push jog dial di bagian belakang
- ISO maksimum 3200 (dan bisa ditingkatkan namun resolusi diturunkan)
- flash hot shoe (juga bisa dijadikan dudukan viewfinder tambahan)
- HD movie, 720p, 30 fps, AVCHD lite, stereo
- bisa zoom optik saat merekam video
- dukungan aksesori seperti wide/tele lens conversion (memerlukan adapter)
Sang penantang : Olympus XZ-1
Bila Panasonic yang nota bene bukanlah pemain utama dalam fotografi sudah puas menikmati penjualan kamera Lumix LX series sejak beberapa tahun lalu, Olympus yang merupakan nama besar di dunia fotografi justru mengalami kekosongan produk unggulan setidaknya sejak sepuluh tahun lalu. Terakhir Olympus punya kamera saku keren dengan sensor dua mega piksel seharga sepuluh juta rupiah di tahun 2001 yang bernama C-2040. Apa kesamaan kamera C-2040 buatan 2001 dengan XZ-1 buatan 2011 ini? Keduanya sama-sama memakai lensa dengan bukaan f/1.8 yang luar biasa mengagumkan untuk ukuran kamera saku. Ya, lensa pada XZ-1 ini begitu menggoda dengan label i.Zuiko tertulis pada tepi lensanya, menandakan kualitas optik tertinggi dari Zuiko. Olympus XZ-1 memakai lensa dengan rentang 28-112mm f/1.8-2.5 yang setara dengan 4 x zoom optik. Kamera ini sudah memakai layar berteknologi OLED yang punya gamut warna yang lebih baik dari layar LCD dan juga sudut pandangnya lebih lebar. Harga kamera ini diatas 5 juta rupiah, luar biasa mahalnya ya..
Simak berbagai kehebatan Olympus XZ-1 :
- ada banyak pilihan aspek rasio seperti 1:1, 3:2, 4:3 hingga 16:9
- manual ekposur P/A/S/M dengan rentang kecepatan shutter 60 – 1/2000 detik, 3 fps
- kendali putar di depan (ring lensa) yang berfungsi untuk merubah berbagai pengaturan seperti shutter, aperture, ISO dan manual fokus
- prosesor TruPicV yang sama seperti kamera Olympus PEN untuk kinerja cepat
- layar OLED resolusi VGA, diagonal 3 inci dengan 621 ribu piksel
- ISO 100 hingga ISO 6400 (ada AUTO ISO 100-800)
- HD movie 720p, 30 fps format MJPEG
- RAW file format, dan konversi RAW pada kamera
- TTL flash hot shoe untuk flash Olympus (FL-50R, FL-36R, FL-50, FL-36, FL-14), bahkan bisa wireless flash
- filter Neutral Density built-in
Pertarungan dua raksasa
Manapun kamera yang dipilih, keduanya menjamin kehandalan pemakaian dalam kondisi low light, memudahkan dalam memotret dengan shutter cepat dan tetap terhindar dari perhatian publik karena ukurannya yang kecil. Lumix LX5 masih unggul dalam urusan wideangle dengan fokal 24mm yang disukai para fotografer landscape atau arsitektur. Sebaliknya Olympus XZ-1 meski hanya memiliki fokal wide 28mm namun mampu menjangkau rentang tele lebih panjang dengan 112mm yang menjadikannya lebih seperti all-round camera. Untuk urusan bukaan lensa memang ada perbedaan sedikit diantara keduanya, saat posisi wide (f/1.8 dan f/2.0) namun secara pemakaian di lapangan hal ini tidak terlalu berarti. Hanya saja saat lensa di zoom ada perbedaan lumayan signifikan pada bukaan maksimalnya (f/2.5 pada Olympus dan f/3.3 untuk Lumix). Sebagai bandingan, kamera saku biasa bisa memiliki bukaan maksimal yang kecil misal f/5.9 atau bahkan f/6.3 pada posisi tele.
Tapi satu hal yang saya acungi jempol dari Olympus adalah, dia mencari kelemahan dari Lumix dan menemukannya dari Canon S90/S95 yaitu ide adanya ring di depan yang mengelilingi lensa (lihat gambar di sebelah ini). Ring ini bisa difungsikan untuk berbagai kebutuhan, seperti mengganti nilai shutter, bukaan diafragma, nilai ISO dan sebagainya. Namun Lumix LX-5 punya selektor aspek rasio di bagian depan untuk memudahkan saat berganti aspek rasio / bidang foto. Saya pribadi lebih suka adanya ring di lensa, jauh lebih berguna daripada selektor aspek rasio yang jarang dipakai.
Ada satu perbedaan kecil yang tidak bisa disepelekan : Lumix punya grip yang nyaman untuk dipegang dan mengurangi resiko kamera terlepas saat dipakai. Olympus sebaliknya justru tak punya tekstur apapun di bagian depan untuk memudahkan dalam menggenggam, persis seperti kamera Canon S90/S95. Saya rasa Olympus sengaja mengatur skenario dengan akan memberi handgrip pada produk penerus XZ-1 nantinya.
Apakah anda, bila harus memilih salah satu dari keduanya, akan cenderung memilih :
- Lumix LX-5 (entah karena lensa Leicanya, karena 24mm-nya, karena bentuknya atau pertimbangan lain)
- Olympus XZ-1 (mungkin karena lensa Zuikonya, karena f/1.8-nya, karena dial ring di depan atau pertimbangan lainnya)
Ayo pilih melalui polling berikut ini ya :
saya pribadi lebih pilih LX5 krn lebih punya lensa wide (wide beda bgt walau selisih nilai dikit, smentara tele ga tlalu kentara klo beda dikit nilainya).
Shutter speed jg butuh yg lbh cpt di 1/4000 dibanding zx1 1/2000.
Tp keduanya mmg camera PS yg bagus buat sehari2.
ini dia yg saya tunggu kamera2 kompak dgn lensa highspeed
kalo saya mungkin lebih lihat hasil sample imagenya dulu, soalnya dari perbandingan LX5 VS S95 (canon) di ISO 1600 (menurut saya) masih unggul S95
censor CCD juga menentukan hasih akhirnya selain dari lensa speed & qualitas lensanya itu sendiri.
tapi andai saja qualitas sensor ZX-1 sama seperti saudaranya EPL-1 maka olympus adalah juaranya!!
sepertinya LX-5 masih terlalu grainy di ISO tinggi, padahal lens speed saja tidaklah cukup kalau tidak di bantu dgn ISO tinggi untuk bsa dapatkan gambar yg bagus dlm kondisi “lowlight” dgn teknik “handheld”
walaupun mungkin fitur “NR” dan “stabilizer” nya bisa membantu
untuk hasil imagenya saya masih suka canon s95 dan olympus EPL1 (walau bukan dalam kategory lowlight compact)
dan jangan lupa masih ada Samsung TL500 24-72mm f/1.8-2.4
E-PL1 sensornya sudah four thirds, jelas bukan tandingan kamera poket. Sensor four thirds punya crop factor 2x sehingga lensa yg didesain utk format tsb jadi mahal.
Samsung TL500 agak kurang telenya dan belum bisa HD movie. Tapi lensa schneider f/1.8 yg dipakainya memang menggoda. Disini saya sengaja kesampingkan dulu samsung dan canon S90/95.
hai mas gaptek,,sebelumnya sorry ya sy bertanya tidak pada topiknya,,
langsung aja deh..saya mau beli lensa yang bagus cuma untuk pemula seperti saya yang ingin belajar fotografi serius lebih cocok dan disarankan pilih lensa yang mana yah..tolong berikan fungsi lensa dibawah ini masing2
1 18-200 is
2 70-200 usm
3 17-40
oh ya sekedar info,,saya untuk foto event keluarga,pemandangan dan juga untuk kondisi low light masih terlihat bagus,,thanks ya!!!
Fungsinya beda-beda, tapi utk low light tentukan dulu anda mau cara yg murah (menaikkan ISO) atau cara yg mahal (cari lensa bukaan besar). Kalo dana ada bisa ambil lensa 70-200 f/2,8
mas gaptek,
kalau pilihannya lx5, gf2 kit pancake 14mm, dan gf2 kit 14-42mm kira2 pilihannya mana? selisih harga diabaikan. kalau gf2 zoom untuk video bisa?
terima kasih.
amin
Saya senang membayangkan GF2 yg dipadu dgn lensa pancake, sebuah solusi terbaik utk kamera lensa fix mungil namun mumpuni. Memang fokalnya yg fix akan membuat kamera jadi tidak ‘serba bisa’ tapi kita bisa belajar berkreasi dgn satu picture angle, satu perspektif.
sayang XZ-1 harga jualnya cenderung mahal, tapi menurut saya fitur kontrolnya memang mumpuni, andai saja 5jt udah termasuk EVFnya tentu merupakan opsi yang menarik untuk mencari kamera pendamping.
dengan harga LX-5 , G12 bahkan XZ_1 yang lumayan tinggi, kenapa ngak pertimbangkan Mirrorless interchangeable lens camera ?
Saat ini sudah ada beberapa model yang harganya di bawah 5 juta seperti Olympus E-P1 (bahkan Olympus E-PL1 di luar juga sudah di bawah 5 juta .. gress), Samsung NX-10 ataupun NEX-3 (di luar negeri)
Dengan ukuran sensor APS-C yang hampir 7x nya dari poket.. sudah gak ada alasan masih ragu ke kelas mirrorless..
Kalo suka kamera pocket sensor gede (APS-C) tapi tidak mau gonta-ganti lensa, dan cukup dgn lensa fix ada pilihan kamera retro Fuji X100. Tapi orang yg rela bayar mahal untuk kamera yg tidak bisa di zoom rasanya bisa dihitung dgn jari 🙂
sayang sekali setelah baca di DPreview, XZ1 ngecasnya lewat USB gak ada chargernya, jadi sulit klo ingin punya 2 batere
hallooo.. oke banget ni reviewnya. kebetulan dari dulu saya udah ngincer LX-3, terus LX-5. tambahan info aja, harga LX-5 skrg sudah sktr 4 juta. dan XZ-1 sktr 4,5 juta.
terus, saya pengen nanya.. di luar kecanggihan fitur2 di atas, ada fitur kecil yg buat saya cukup penting untuk kamera digital. auto focus assist light. saya pernah punya DSLR olympus E500, itu auto focus assist lightnya pake kerjapan2 flash. dan buat saya itu cukup mengganggu. sementara kalo canon powershot, assist lightnya lebih oke krn pake lampu di bagian dpn kameranya (yg cahayanya oranye atau hijau jadi gak bikin orang kecele). nah kalo lumix dan olympus seri yg ini gimana? makasih ya sebelumnya.
Saya tidak hafal juga, tapi saya setuju kalau AF assist dengan strobe flash sangat menyebalkan.
dari harga LX5 dan Olympus XZ-1 memang masih mahal Olympus, saya baru beli kamera ini (olympus xz-1) seharga 4,570.000,- sedangkan lumix LX5 seharga 4,450.000,- setiap orang memiliki pendapat sendiri-sendiri. tapi jujur, lumix LX 5 noisenya sudah tampak sekali di ISO 800, sedangkan olympus belum begitu nampak di ISO 800. mengenai spesifikasi secara garis besar Lumix kalah dari Olympus. baik dari bukaan lensa lebar dan lensa kecil (saat di zoom), hasilnya jauh beda. (bokeh 1.8 dengan 2.0) sangat jauh perbedaannya, walaupun saya baca ulasan di atas ini yang mengatakan bukaan 1.8 tidak jauh beda dengan 2.0 saya akan tunjukan link bokeh 1.8 dari olympus dengan canon s95 ( http://www.flickr.com/photos/eirikso/5961949781/in/photostream/ ) nag sekarang teman2 bisa menilai secara obejktif sesuai dengan pendapatnya sendiri2 hehe…semoga share saya ini bermanfaat. salam.
halo mas Gaptek,
minta sarannya nih..saya sdh punya Canon EOS 7D, butuh kamera pocket pendamping dlsrku itu, buat acara2 kantor, keluarga atau diselundupin kalo nonton konser hehe.. gambaranku bukaan lebar (bwt indoor atau ntn konser yg low light), cukup wide dan cukup zoom, ukuran jg gk terlalu besar bs aku masukin pocket biar dikira Henpon kali ya waktu pemeriksaan masuk tempat konser hehe..
Kira-kira kamera apa ya mas untuk kebutuhan tersebut, terima kasih sebelumnya.
salam,
Igun
Untuk saat ini sih yg cukup populer itu canon S100. Tapi artikel ini kan membahas Oly vs Lumix, jadi keduanya juga recomended.
makin bingung mau beli yg mana nih… commentnya pro kontra semua..
Saya incer Olympus XZ-1. Hasil review nya oke, hasil foto juga sip. Keliatannya LX-5 agak kalah tajam. Fitur kayaknya juga menarik olympus.
Coba cek di flickr untuk hasil foto..
Hi all,
Review mas Gaptek yang sama sekali gk gaptek ini sangat bagus.
FYI saya sudah pakai dua2nya. Dua2nya hampir sama tajamnya. Overall XZ1 lebih banyak gunanya dan lebih asyik utk moto model krn fitur art filter (soft filter, dramatic tone, grainy BW)
Saya penggemar street photography jadi suka kedua camera ini krn sangat mumpuni utk street.
Keunggulan LX5:
– BW di LX-5 lebih nendang dengan Dynamic BWnya) tapi tidak terlalu drastis bedanya.
– Utk wide memang lbh unggul LX5, tapi bisa diimbangi dengan mundur sedikit di XZ1
Keunggulan XZ1:
– lebih banyak fitur spt art filter, built in ND (sangat berguna saat matahari terang benderang), ND ini juga menyebabkan perbedaan shutter speed 1/4000 di LX 5 dengan 1/2000 di XZ1 tidak berarti.
– penggunaan lbh mirip DSLR, entah kenapa LX 5 sering sulit mengeset speed yg kita inginkan di mode manual. Fungsi EV di XZ1 jg lebih mudah
– motret malam di XZ1 jauh lebih baik hasilnya di banding LX5 dengan setting ISO auto sekalipun.
ingin info lbh lanjut tentang hasil uji coba lapangan keduanya? email saya di rizaldjohan@gmail.com
Mas,, mau tanya yaa.. Maaf kalo OOT..
Saya agak awam dg dunia fotografi tp (mulai) cukup tertarik.. Saya perlu rekomendasi nih..
Cari kamera dg range harga 1jt-2jt..ato kalo dimaksimalin lagi 2,5jt..
Utk keperluan :
⇨ Traveling (pantai, gunung), foto2 landscape, foto acara keluarga
⇨ Nonton konser/ acara musik indoor ataupun outdoor yg perlu zooming dan tetap bagus dalam kondisi low light
⇨ kualitas rekaman video yg bagus
⇨ bandel,, mantep..ga cepet rusak/ sensitif klo kena air..
Apakah ada kamera2 yg bisa direkomendasikan utk saya…
Saya pernah baca review ttg canon ixus 220 hs.. Apakah kamera itu sdh cukup mumpuni dan sesuai dg keperluan saya..
TerimaKasih sebelumnya 🙂