Round Up : Kamera digital favorit saya di tahun 2013 (part 2 : prosumer and compact camera)

Di bagian kedua daftar kamera favorit saya tahun 2013, saya akan membahas berbagai kamera dengan lensa yang menyatu, seperti kamera compact atau kamera saku. Kelebihan kamera jenis seperti ini tentu adalah kepraktisan, dengan lensa yang dimiliki kita sudah tinggal pakai, tidak perlu berpikir untuk beli dan ganti lensa. Kekurangannya, biasanya kamera seperti ini pakai sensor yang agak kecil sehingga hasil fotonya tidak sebaik kamera DSLR. Pilihan ada pada kita, dan kalaupun saya harus memilih, saya punya beberapa produk favorit yang diluncurkan tahun ini.

Produk yang akan saya bahas ini terbagi dua kelompok dasar, yaitu kelompok prosumer dan kamera saku atau kamera compact. Impian saya saat ditanya kamera prosumer yang ideal, jawabannya justru bukan kamera dengan lensa yang sangat panjang (yang sekarang seperti jadi tren). Saya sedikit berlebihan saat mendamba sebuah kamera prosumer yang hasil fotonya bagus, puya bodi yang tangguh, tombol dan roda yang lengkap, lensa berkualitas tinggi dan tentunya jeroan yang handal (prosesor kencang plus sensor besar). Sehingga, orang bisa punya pilihan lain yang masih sepadan selain membeli sistem kamera (semisal DSLR atau mirrorless). Sayangnya selama ini jarang ada inovasi besar dari para produsen kamera prosumer, paling-paling mereka cuma menaikkan kemampuan zoom lensa sampai diluar yang dibutuhkan orang. Padahal kamera prosumer tetap punya segmen pasar sendiri yang mengharapkan adanya kamera yang punya hasil foto bagus.

Kamera Prosumer jenis superzoom

Bicara hasil foto yang bagus, memang tidak bisa lepas dari jenis dan ukuran sensor yang dipakai. Penyebab kenapa selama ini kamera superzoom punya hasil foto yang kurang bagus adalah karena dipakainya sensor kecil, seperti 1/2.3 inci. Sensor kecil membawa dua implikasi positif yaitu harga yang murah dan desain lensa yang bisa dibuat lebih kecil. Tapi dampak ke hasil foto sudah sama-sama kita rasakan, tidak ada kamera superzoom sensor kecil yang bisa memberi hasil foto yang bagus di ISO tinggi.

Sony DSC RX10

Sony RX10 hadir dan membuat saya antusias dengan dipakainya sensor 1 inci yang termasuk cukup besar, sehingga hasil fotonya tentu diatas kamera superzoom lainnya.  Sony RX10 tidak cuma memakai sensor 1 inci, tapi juga memberikan lensa yang mengesankan yaitu Zeiss 24-200mm f/2.8 yang punya ring zoom dan ring untuk diafragma. Dengan bukaan yang besar dan konstan, serta sensor yang cukup besar, maka membuat foto dengan latar belakang yang blur bukan kendala di kamera ini.

Sony DSC RX10 zoom

Prosesor Bionz X yang dipakai di kamera ini sama dengan yang dipakai di kamera yang lebih mahal, selain bekerja sangat cepat juga dibekali fitur Detail Reproduction Technology (penajaman foto), Diffraction Reduction (mengurangi efek softness karena difraksi lensa) dan area-specific noise reduction (untuk mengurangi noise hanya di area yang membutuhkan). Beberapa fitur unggulan lain dari kamera berbalut logam magnesium ini diantaranya resolusi sensor 20 MP, kemampuan tembak 10 fps, ISO 125-12.800, 3 stop ND filter dan WiFi.  Di bagian atas ada LCD kecil layaknya kamera DSLR kelas menengah, dan juga ada dudukan lampu kilat untuk memasang berbagai aksesori. Untuk urusan rekam video juga kamera ini sudah lengkap dengan fitur full HD 1080 60p, mic dan headphone jack, serta 4.2.2 uncompressed HDMI output. Maka jelas sudah, kamera ini mengalahkan lawan-lawannya (seperti Lumix FZ200, Olympus Stylus 1 dan Fuji HS50EXR) dengan mudah, walau harganya juga cukup tinggi bila dibandingkan dengan pesaingnya.

Kamera Prosumer jenis Large sensor fix lens compact

Inilah berita yang sempat heboh di tahun 2013, hadirnya kamera saku dengan sensor full frame !! Kamera seharga 20 juta lebih ini bernama Sony RX1R yang punya lensa fix 35mm f/2.0 dari Carl Zeiss. Kenapa harus ada kamera yang ‘tidak lazim’ seperti ini? Jawabannya bisa beragam. Yang pasti karena ada permintaan, yaitu mereka yang perlu kamera kecil dengan hasil sangat bagus, tidak peduli berapapun harganya. Tren hadirnya kamera kelas atas ini tidak cuma dipopulerkan oleh Sony, bahkan sebelumnya ada Ricoh GR, Nikon Coolpix A dan Fuji X100s yang juga membuat kamera premium, sensor besar dan lensa tidak bisa di zoom. Para profesional juga tertarik dengan kamera-kamera semacam ini untuk cadangan atau kamera back-up saat bekerja.

Sony RX1R

Dibalik bodi mungil RX1R, tertanam sensor 24 MP full frame tanpa AA filter untuk ketajaman hasil foto yang lebih baik. Dengan sensor full frame, kamera ini bisa mencapai ISO 25600 tanpa ada kendala. Sepintas dari bentuk lensanya, kita akan menyangka kalau lensa di RX1R ini bisa dilepas, karena terlihat cukup besar dan banyak angka-angka di lensanya. Ternyata itu adalah kendali diafragma yang perlu diputar untuk merubah diameter bukaan lensanya, seperti lensa-lensa lawas.

Kamera Premium Compact

Di kelas kamera saku papan atas yang lebih ‘lazim’ kita bisa menemui beberapa produk premium dengan sensor agak besar dan lensa zoom bukaan besar. Kamera semacam ini lebih serbaguna dan biasa dibeli untuk kebutuhan harian maupun travelling, walau harganya masih cukup tinggi karena masih tergolong kelas atas. Lagi-lagi saya harus menobatkan Sony sebagai produsen kamera inovatif dengan membuat kamera mungil yang memakai sensor 1 inci, kali ini dengan menghadirkan Sony RX100 mark II yang dipadukan dengan lensa Carl Zeiss 28-100mm f/1.8-4.9 Vario Sonnar.

Sony RX100 II

Sebelumnya saya suka sekali dengan dan kamera Fuji X20 yang dalam beberapa aspek fiturnya mirip dengan Sony RX100 II ini, tapi ukuran sensor yang dipunyai Fuji ‘hanya’ 2/3 inci yang walau sudah diatas rata-rata namun masih kalah besar dengan sensor 1 inci. Jadilah RX100 II ini kamera mungil impian dengan hasil foto yang bagus, resolusi tinggi 20 MP, lensa serbaguna dan banyak fitur lain seperti 10 fps shooting, WiFi, flash hot shoe (bisa untuk aksesori lain seperti jendela bidik elektronik) dan ISO sampai 12800 (bahkan bisa dipaksa sampai ISO 25600). Harga kamera mungil ini lebih mahal daripada kebanyakan kamera DSLR pemula dan kamera mirrorless, tapi keunggulan RX100 II ini adalah dalam hal ukuran dan jangkauan lensa yang lebih serbaguna.

Kamera Compact ‘diatas rata-rata’

Rata-rata kamera saku dari dulu ya begitu-begitu lagi. Tak heran kalau penjualannya terus melorot disaingi oleh kamera ponsel pintar. Sementara ini yang bisa menyelamatkan kamera saku dari kepunahan adalah pembenahan dalam hal-hal mendasar seperti lensa yang harus lebih terang (bukaannya lebih besar) dan ada fitur manual, plus harga yang tidak mahal. Jadilah di segmen ini mulai bermunculan kamera saku yang lebih baik seperti Canon S110, Lumix LF1, Olympus XZ-10 dan Nikon P330. Mereka setingkat diatas rata-rata kamera saku lain, dan biasanya dijual di kisaran harga 3 jutaan.

Fuji XQ1

Lalu kamera mana yang saya suka di segmen ini? Saat Fuji mengumukan kehadiran Fuji XQ1, saya langsung menyadari kalau Fuji dengan cerdik berhasil membaca kelemahan pesaing yang umumnya masih pakai sensor kecil seperti 1/1,7 inci. Di bodi kamera XQ1 yang ukurannya tidak berbeda dengan kamera lain, tertanam sensor yang cukup besar yaitu 2/3 inci, X Trans CMOS II 12 MP. Bagi yang rutin mengamati perkembangan kamera seperti saya, fakta kalau ada kamera saku dengan sensor ukuran 2/3 inci bukanlah berita biasa. Ini luar biasa, sensor yang sama dengan kamera Fuji X20, ditanamkan pada bodi seukuran Canon S110, tentu bukan sesuatu yang sering kita temui di internet.

Untuk menunjukkan betapa senangnya saya terhadap Fuji XQ1, saya paparkan juga hal-hal lain yang mengesankan, misalnya lensa Fujinon 25-100mm f/1.8-4.9  dengan stabilizer, ISO 12800 (ya anda tidak salah baca, dan saya tidak salah ketik), bisa manual dan bisa simpan RAW (termasuk ada fitur proses RAW di kamera), dan WiFi. Yang juga penting menurut saya tapi jarang ditemui adalah, kamera ini layaknya ponsel, tidak perlu sering melepas baterai untuk men-charge-nya. Cukup pasang kabel micro USB ke colokan listrik atau port di komputer, dan baterai kamera akan di-charge. Simpel, tapi sesuatu banget kan..

Itulah daftar kamera favorit saya di tahun 2013 ini, sebagai round-up keseluruhan saya tuliskan kesimpulannya ya :

  • segmen DSLR : Canon EOS 70D
  • segmen high end mirrorless : Olympus E-M1
  • segmen mirrorless menengah : Fuji X-E2
  • segmen mirrorless murah : Fuji X-A1
  • segmen khusus (underwater) : Nikon 1 AW1
  • segmen prosumer super zoom : Sony RX10
  • segmen prosumer fix lens sensor besar : Sony RX1R
  • segmen premium compact : Sony RX100 II
  • segmen ‘above average’ compact : Fuji XQ1

Info tambahan :

Untuk mengetahui harga terkini maupun ingin membeli kamera digital, anda bisa mengunjungi toko online terpercaya Tokocamzone yang juga punya tiga gerai yaitu di ITC Fatmawati, di Kemang Raya dan di Merdeka Bandung.

Advertisement

Published by

Erwin M.

Saya suka mengikuti perkembangan teknologi digital, senang jalan-jalan, memotret, menulis dan minum kopi. Pernah bekerja sebagai engineer di industri TV broadcasting, namun kini saya lebih banyak aktif di bidang fotografi khususnya mengajar kursus dan tur fotografi bersama infofotografi.com.

2 thoughts on “Round Up : Kamera digital favorit saya di tahun 2013 (part 2 : prosumer and compact camera)”

  1. wah berita bagus buat nambah ilmu pengetahuan tentang camera, tp sayang blm ada ksmpatan ikut kursusny, hehe…

Comments are closed.