Dulu, alasan orang membeli kamera DSLR utamanya adalah karena ingin hasil foto yang lebih baik. Padahal kamera DSLR adalah sebuah sistem kamera, yang artinya perlu pendukung seperti lensa dan aksesori lain yang tidak murah. Kini, pilihan semakin banyak, kamera saku bahkan ponsel sudah bisa memberi hasil foto yang juga bagus. Tapi kenapa orang sekarang tetap mengincar kamera yang bisa tukar lensa?
Alasannya bisa beragam, mungkin kebutuhan fotografi dia memang perlu kamera yang bisa berganti banyak lensa. Atau mungkin karena suka sama bodi kameranya (misal karena bentuknya, tombol-tombolnya atau performanya). Atau biar kelihatan keren 🙂

Sering saya bilang kalau kualitas gambar ditentukan dari ukuran sensornya. Diatas kertas hasil terbaik di dapat dari sensor full frame, lalu dibawah itu ada APS-C, dan seterusnya semakin kecil maka hasilnya semakin kurang baik. Maka itu tak heran kalau saat ini sensor APS-C jadi favorit, dipakai di banyak kamera DSLR, kamera mirrorless hingga ada kamera saku juga. Tidak salah kalau anda memilih mau beli kamera berdasarkan ukuran sensornya dulu, baru apakah mau kamera yang ‘besar’ atau ‘kecil’ itu ditentukan kemudian. Maksudnya? Lihatlah foto berikut ini :

Kalau tujuannya ingin mendapat hasil foto yang bagus, maka kedua kamera di atas sama saja. Kenapa? Karena keduanya sudah pakai sensor APS-C (Sony A77 mk II pakai 24 MP, Samsung NX3000 pakai 20 MP, anggaplah setara). Tinggal pilihan kita apakah suka bodi yang besar (DSLR atau DSLT), ataukah yang kecil? Bodi besar, biasanya punya banyak tombol dan kendali untuk mengganti setting dengan cepat, disukai fotografer serius dan profesional. Bodi besar juga lebih stabil, tahan banting dan baterainya tahan lebih lama. Bodi kecil lebih ringkas dan enak dibawa travelling, atau cocok dipakai street photography karena tidak menarik perhatian. Karena ukurannya kecil, biasanya kamera mirrorless compact tidak ada jendela bidik, minim tombol dan roda, serta baterainya cepat habis.

Lalu bagaimana dengan lensanya? Diameter lensa ditentukan dari ukuran sensor juga. Sensor kecil memungkinkan dibuatnya lensa kecil, seperti lensa-lensa mungil milik sistem Nikon1 seperti gambar diatas. Dengan kata lain, sensor APS-C sulit menghasilkan lensa kecil, walaupun kamera sensor APS-C bisa dibuat kecil tapi sulit sekali ‘mengecilkan’ lensanya. Beberapa produsen kamera APS-C memang bisa membuat lensa yang mungil, seperti Samsung yang membuat lensa 16-50mm powerzoom tapi walaupun lensanya tampak kecil tapi diameternya tetap besar, bahkan hampir sama tingginya dengan bodi kameranya.

Hukum fisika juga berlaku dalam desain lensa. Pilihan kita adalah apakah ingin lensa bukaan besar atau lensa ukuran kecil. Kalau mau yang bukaan besar maka lensanya tidak bisa dibuat kecil. Kedua lensa yang ada di gambar diatas adalah sama-sama lensa 16-50mm, yang artinya fokal lensanya bisa dirubah dari 16mm hingga 50mm. Tapi kenapa kok lensa 16-50mm di Sony A77 tampak besar sekali? Salah satu alasannya adalah karena bukaannya f/2.8 dan konstan, sehingga diameternya pasti besar (diameter ditentukan dari besarnya lubang diafragma, yang dihitung dari panjang fokal dibagi dengan bukaannya). Lalu kenapa lensa kit di Samsung NX3000 bisa kecil? Karena bukaannya kecil dari variabel (f/3.5-5.6) dan pakai powerzoom (putaran zoom dikendalikan motor, menghemat ruang di dalam lensa).
Jadi, memilih kamera apa yang akan dibeli, tidak segampang memilih elektronik lain seperti TV atau kulkas 🙂 Pertama pilih dulu sensor ukuran berapa yang kita sukai, lalu apakah kita lebih prefer bodi besar nan mantap atau bodi kecil yang ringkas. Pertimbangan lain adalah lensa apa yang mau kita investasikan nantinya? Kalau mau lensa besar, akan tampak lucu kalau bodinya kecil (walaupun ini boleh-boleh saja). Memilih bodi dan lensa juga berkaitan langsung dengan anggaran yang ada. Lensa kecil (bukaan kecil) dan kamera kecil umumnya lebih terjangkau, sedangkan lensa bukaan besar harganya memang yahud, tapi sepadan dengan kualitasnya.
——————————
Ikuti kelas Kupas Tuntas Kamera Digital, untuk lebih memahami fungsi dan fitur kamera digital yang anda pakai.
Om Erwin
Saya mau tanya tentang lensa Tamron 17-50 2.8 non VC apakah lensa tersebut tajam dan banyak review yang menyatakan lensa ini tajam, Tapi Saya membaca di forum-forum photograpy banyak yang bad copy dan setelah digunakan 6 bulan ketajamannya menurun,sering miss focus. apakah benar itu
Om sendiri merekomendasikan ngga lensa ini, Karena Saya ingin upgrade dari lensa kit
atau ada pilihan lain seperti nikon 18-105.
Terimakasih
Saya pakai juga, dan yg anda bilang itu semua benar. Ketajaman lama2 jadi makin turun, mis focus, dan udh jarang saya pakai.
Penyebabnya apa om bisa turun ketajamannya, memang seperti itukah karakter lensa 3rd party,
om btw saudara saya sedang cari nikon d5100 + 18-105 apa masih gampang nyarinya.
Terimakasih
Pernah AFnya ngadat trus klaim garansi, udah itu jadi berasa gak tajam lagi. Nikon D5100 udh mulai jarang jadi mending cari D5200.
Pak Erwin saya mau tanya tentang sistem built in wireless flash transmiter pada dslr canon, bagai mana cara kerjanya, apakah hanya untuk flash merk canon, dan ketika fitur tersebut dijalankan apakah flash built in harus menyala.
terimakasih
Utk 600D keatas bisa wireless, dgn angkat flash kamera dan pilih mode flash wireless. Flash external yg bisa slave tentu yg canon, walau skrg beberapa flash third party mulai bisa kompatibel dgn sistem wireless canon (atau nikon)
Bedanya cara kerja dan kualitas dari dslr dan dslt apa ya gan ?
Kayak sony slt a77 itu ada yang bilang dslr ada juga yang bilang dslt , jadi mana yang benar ?
Sony A77 itu DSLT jadi bisa live view dgn auto fokus cepat. Sebagai kamera DSLT tidak ada jendela bidik optik, adanya elektronik.
mas saya mau tanya,kalau camera Nikon 40×optise zoom,bisa gak untk mengambil gambar yg jarak/ketinggian 500meter dan hasilnya bagus atau tidak terimakasih
Bisa tidaknya tergantung ukuran subyek yg mau difoto. Soal hasil jangan berharap banyak, lensa zoom 40x itu kualitasnya biasa aja dan makin jauh subyek makin jelek foto yg didapat karena faktor udara/kabut/panas.