Sepuluh fakta teknologi sensor di Sony A7R mark II

Sony A7R mark II sudah hadir. Kamera mirrorless 40 jutaan rupiah ini siap memberikan semua teknologi modern yang anda inginkan dari sebuah kamera, dalam kemasan yang kompak. Inovasi, miniaturisasi dan pencapaian teknologi yang dilakukan Sony memang seperti tidak terkejar oleh pesaing. Dari sekian banyak fitur yang ditawarkan, tak dipungkiri keunggulan utama dari Sony A7R mark II terletak pada sensornya. Apa saja hal-hal menarik yang menjadi fakta di sensor Sony A7R mk II ini? large_Bildschirmfoto_2015-06-10_um_19.51.25

  1. Sensor berjenis full frame, ukuran 36 x 24mm, menjanjikan kualitas tinggi pada hasil foto.
  2. Resolusi 42,4 MP, atau 7952 x 5304 piksel, ukuran ekstra tinggi untuk cetak besar.
  3. Tanpa low pass filter, ketajaman maksimum untuk detail dan clarity.
  4. Back iluminated, membuat kepekaan sensor meningkat sehingga lebih bersih dari noise di ISO tinggi. Material elektikal di dalam sensor berbahan tembaga, untuk kecepatan data yang lebih tinggi.
  5. Ada 5 axis steady shot, sensor bisa bergerak atas bawah kiri kanan untuk mengkompensasi getaran tangan hingga 4,5 stop, foto jadi tetap tajam walau sedikit goyang.
  6. Ditanami 399 piksel pendeteksi fasa untuk auto fokus hybrid, mengunci fokus pada benda bergerak bukan hal yang sulit lagi.
  7. Bisa sampai ISO 102400, cocok untuk keadaan sulit yang kurang cahaya.
  8. 14 bit RAW (compressed) untuk dynamic range yang lebih lebar, khususnya saat diedit. Kata Kimio Maki (petinggi Sony), nanti akan ada update firmware sehingga RAW Sony bisa uncompressed.
  9. Masih memakai filter warna Bayer, bukan seperti X Trans Fuji atau Foveon Sigma, kelemahan dari Bayer CFA adalah perlu teknik interpolasi yang membuat warna kurang akurat. Mungkin Sony lebih ‘cari aman’ karena selain dipakai sendiri, sensor buatan Sony juga dijual ke Nikon juga kan.
  10. Tidak jadi pakai curved-sensor, seperti yang ramai dirumorkan media. Mungkin belum siap secara implementasinya.

Bildschirmfoto-2015-06-10-um-20.05.06-700x217Bayangkan sebuah sensor full frame 42 MP yang berjenis BSI-CMOS, bisa 5 axis stabilizer dan punya 399 piksel pendeteksi fasa, ditanamkan di bodi kamera yang cukup ringkas dan tidak besar. Bagi banyak orang, inilah dream comes true, bahkan too good to be true, walau harga kameranya memang jadi selangit. Sambutlah babak baru dimana sensor modern akhirnya bisa sekaligus mengusung konsep high-resolution dan high-sensitivity dalam satu kemasan. Calon pengguna tidak lagi harus memilih mau kamera yang tinggi megapikselnya (tapi noise) atau tinggi ISO-nya (tapi megapikselnya tidak terlalu tinggi).

Tapi sensor Sony A7R mk II bukan yang paling sempurna, walau saat ini diakui adalah yang paling impresif. Setidaknya secara teknis di waktu mendatang Sony perlu membuktikan curved-sensor memang bisa meningkatkan kualitas foto lebih signifikan, dan harapan saya Sony juga mesti mulai meninggalkan teknik interpolasi Bayer yang sudah lawas, demi mendapat akurasi warna yang lebih baik.

Manakah dari sekian fitur pada sensor Sony A7R mk II yang paling anda sukai?

Advertisement

Published by

Erwin M.

Saya suka mengikuti perkembangan teknologi digital, senang jalan-jalan, memotret, menulis dan minum kopi. Pernah bekerja sebagai engineer di industri TV broadcasting, namun kini saya lebih banyak aktif di bidang fotografi khususnya mengajar kursus dan tur fotografi bersama infofotografi.com.

3 thoughts on “Sepuluh fakta teknologi sensor di Sony A7R mark II”

  1. mas Erwin saya mau tanya.
    saat ini saya berencana upgrade dslr saya (60D). saya hobi traveling, baik naik gunung, jelajah hutan atau kota, pun laut. saya mulai merasa 60D sudah tidak lagi bersahabat karena bodi yang besar serta berat. sehingga, beberapa waktu terakhir, saya berpikir mirrorless bisa menjadi solusinya.

    nah, tiba-tiba yang terbayar di kepala saya, sony a7s, yang katanya king of darkness itu. saya tertarik karena saya tak perlu lagi bawa flash ataupun pusing bila ingin memotret di kondisi gelap atau star trail. namun, dia punya ukuran MP setengah dari mirrorless atau dslr biasa. saya memang belum pernah mencetak foto dengan ukuran besar, namun selalu ingin melakukannya. kemudian untuk kemampuan, saya juga suka merekam video ketika saya merasa menginginkannya.

    bagaimana menurut mas Erwin? apakah pilihan ini sudah tepat ataukah ada rekomendasi lain yang lebih tepat? awalnya saya terpikir untuk pindah ke 6D, namun saya sedang memikirkan kembali soal versatility nya juga.

    terima kasih.

    1. Selain ISO tinggi, yg orang suka dari A7s adalah kemampuan video 4K-nya yg bagus karena full pixel readout tapi ya sensornya jadi cuma 12 MP saja. Saran saya yg lebih seimbang antara harga, fitur dan piksel adalah sony A7 mk2. Videonya memang bukan 4K tapi fitur spt IBIS, PDAF dan 24 mp saya pikir pas utk kebutuhan harian/travel/hobi.

Comments are closed.