Saatnya saya beralih ke sistem baru dengan Canon EOS 70D

Ganti sistem, atau pindah merk itu dalam dunia fotografi bisa jadi adalah hal yang umum, atau justru jadi hal yang bikin heboh. Biasanya bakal jadi heboh kalau yang ganti sistem itu adalah public figure, atau fotografer terkenal. Sampai saat ini sering saya temui orang pindah sistem dari Canon ke Nikon (atau sebaliknya), atau dari pakai DSLR lalu pindah ke mirrorless (Sony, Fuji atau Samsung). Atau bahkan pakai dua sistem, misal pakai DSLR dan mirrorless sekaligus.

Lha kalau saya yang ganti sistem, tentu saja ini bukanlah berita besar, toh saya kan bukan siapa-siapa. Saya cuma seorang pemakai DSLR Nikon pemula sejak 2007 (D40 dan D5100) dengan beberapa lensa-lensa murah meriah (AF-S 50mm, AF-S 70-300mm VR, Tokina 12-24mm dan Tamron 17-50mm) yang dengan sabar berharap suatu hari nanti akan ada kamera DSLR Nikon baru yang memenuhi ekspektasi saya untuk upgrade. Hingga akhirnya saat ini ada D5500 dan juga D7100 yang keduanya sama-sama menarik, tapi di lain pihak saya lihat tren kamera mirrorless semakin meluas dengan kamera yang juga semakin baik. Jadi sebenarnya kamera seperti apa yang saya cari kalau mau upgrade?

DSLR dan mirrorless pada dasarnya sama saja. Bedanya adanya cermin di DSLR membuat bodi kamera jadi gemuk dan agak tinggi untuk tempat prisma.
DSLR dan mirrorless pada dasarnya sama saja. Bedanya adanya cermin di DSLR membuat bodi kamera jadi gemuk dan agak tinggi untuk tempat prisma.

Sebetulnya sejak tahun lalu saya sudah aware kalau masa depan kamera itu adanya di sistem mirrorless. DSLR menurut saya sudah matang secara teknis dan adanya cermin membuat kamera DSLR sudah sulit untuk dikembangkan lagi. Di lain pihak, sistem live view di mirrorless membawa banyak perubahan besar dalam kemudahan memotret (apalagi kemajuan prosesor semakin pesat), semisal deteksi wajah dan mata, membaca warna kulit, mengenali obyek, focus peaking, live bulb (di Olympus) dan live histogram. Belum lagi kita bisa melihat warna WB sebelum foto diambil, lalu simulasi terang gelap di mode manual juga bisa dilihat langsung dengan live view. Apalagi kamera mirrorless modern mulai mengadopsi sistem electronic shutter yang cepat hingga 1/16000 detik yang selain cepat juga senyap. Jadi intinya saya suka fitur live view di kamera mirrorless, tapi tunggu dulu, DSLR kan juga bisa live view, dan DSLR juga punya sejumlah keunggulan dari mirrorless.

Keunggulan DSLR dibanding mirrorless pada dasarnya ada tiga, tapi ketiganya penting menurut saya : pertama adalah jendela bidik optik, kedua adalah auto fokus deteksi fasa dan ketiga adalah daya tahan baterai. Jendela bidik optik adalah salah satu alasan kuat kenapa saya tetap suka dengan DSLR. Bicara soal deteksi fasa, beberapa kamera mirrorless kini sudah bisa memakai deteksi fasa dengan sensor yang ditanami piksel khusus, seperti Sony A6000, Samsung NX300 dsb. Dengan begitu kecepatan auto fokusnya bisa dibilang setara dengan DSLR. Di lain pihak, DSLR umumnya akan kedodoran saat auto fokus di mode live view, karena hanya mengandalkan deteksi kontras yang lambat, kecuali DSLR yang sensornya juga punya piksel pendeteksi fasa saat live view.

Skema phase detect AF di piksel sensor
Dengan teknologi ini, auto fokus cepat bisa dilakukan oleh kamera mirrorless. Beberapa DSLR Canon (700D, 70D, 7D mk II) di mode live view juga bisa.

Awalnya saya tentu ingin tetap memakai sistem Nikon, mengingat sejarah panjang dan lensa-lensa dan flash yang sudah saya miliki. Nikon tidak bisa dipungkiri punya kualitas hasil foto yang sangat baik, tapi dalam hal lain masih belum memuaskan saya (simak saja kritik saya terhadap D5500 khususnya dalam urusan live-view, juga dalam urusan fitur flash). Kamera Nikon yang saya inginkan sebetulnya ada di tengah-tengah antara D5500 dan D7100, kalau ada. Karena D5500 menarik di urusan layar sentuh dan lipat, juga WiFi-nya. Sedangkan D7100 mantap di bodi (bahan lebih kokoh, weather sealed, ada dua roda kendali, ada layar LCD kecil, pakai pentaprisma) juga banyak tombol (ISO, WB, dsb) dan fitur tambahannya (wireless flash, AF fine tune dsb). Tapi sayangnya baik D5500 atau D7100 atau DSLR Nikon lainnya, tidak ada teknologi hybrid AF, sehingga auto fokus saat live view tidak akan secepat kalau pakai mirrorless modern.

Canon di sisi lain hadir memberi solusi yang menarik, paling tidak bagi saya. Saya melihat antara EOS 760D atau EOS 70D keduanya sebagai kamera generasi modern, fiturnya cukup buat saya dan harganya masih termasuk wajar. Kedua kamera ini tentunya dilengkapi dengan semua fungsi dasar DSLR seperti jendela bidik optik, auto fokus cepat dan pilihan lensa DSLR yang melimpah. Di sisi lain, dengan mode live view, saya bisa merasakan pengalaman seperti memakai kamera mirrorless, seperti live histogram, preview eksposur, preview warna WB dan pendeteksi wajah. Urusan auto fokus jadi makin mudah dengan hybrid AF dan layar sentuh, saya tinggal sentuh di layar mau fokus ke mana dan kamera akan langsung atur fokusnya tanpa hunting (bila memakai lensa jenis STM). Lensa STM sendiri adalah faktor pembeda Canon dan sistem DSLR lain, lensa berjenis STM adalah hal lumrah di mirrorless tapi tidak dikenal di sisstem DSLR.  Singkat kata, saya menemukan bahwa apa yang bisa dilakukan di kamera mirrorless pada dasarnya juga bisa dilakukan di DSLR Canon (dalam mode live view). Selebihnya bagi saya sama saja antara DSLR atau mirrorlesss, misal dari kinerja ISO, shoot kontinu, ukuran sensor dan megapiksel, buffer dan media simpan, serta mode-mode lainnya (metering, WB, drive mode dsb).
EOS 70D Jadi pilihan saya akhirnya jatuh pada EOS 70D, kamera buatan 2013 (2 tahun lalu) namun masih layak untuk dipilih, apalagi sampai saat ini belum jelas kapan penerusnya (80D mungkin?) akan keluar. EOS 70D memang ‘hanya’ 20 MP, bukan 24 MP seperti EOS 760D atau Nikon/Sony terkini, tapi beberapa hal yang ada di 70D tapi tidak ada di 760D membuat saya akhirnya lebih melirik 70D (walau 70D lebih mahal dan lebih berat dari 760D), misalnya

  • pentaprisma (lebih besar dan terang)
  • ISO bisa dipilih 1/3 stop
  • ada HDR dan multi exp
  • ada AF fine tune
  • sedikit lebih cepat (7 fps vs 5 fps)
  • ada in camera RAW processing
  • fitur video lebih lengkap (All-I compression)
  • bodi lebih tahan cuaca
  • terbukti bebas issue titik-titik di sensor
  • baterai lebih tahan lama

Jadi setelah 8 tahun DSLR Nikon menemani saya, membantu saya belajar fotografi, mendampingi saya tur keliling nusantara dan beberapa negara di Asean, akhirnya DSLR Nikon saya harus purna bakti dan saya ucapkan terima kasih atas ketangguhan dan kehandalannya selama ini. Ke depan, saya perlu gear yang bisa keep-up dengan perkembangan teknologi, mungkin saya akan pakai kamera mirrorless suatu saat nanti, misal saat harga kamera Sony A7R mark II sudah dibawah 20 juta, dan lensa-lensanya sudah banyak didukung oleh pihak 3rd party (Sigma, Tokina,Tamron, Samyang dsb). Tapi untuk saat ini, cukuplah Canon EOS 70D menjadi teman baru saya yang fun, handal dan tidak terlalu menguras kantong (termasuk harga lensa-lensa dan flashnya). Sebagai DSLR dia oke, difungsikan di mode live view atau video juga tak kalah dengan mirrorless. Menurut saya 70D adalah sebuah bargain, kamera yang menjadi solusi penengah dari dua sistem (DSLR – mirrorless), dan inilah perwujudan dari konsep hybrid yang sesungguhnya menurut saya.

Tambahan : Terima kasih buat Tokocamzone yang sudah menyediakan satu unit Canon EOS 70D Wi-Fi untuk saya miliki dengan skema harga yang menarik, sebagai bentuk dukungan toko dalam memajukan blog ini dan juga untuk dunia fotografi pada umumnya.

Bagi yang membutuhkan buklet tentang sepuluh setting penting Canon 70D, bisa mengunduh versi PDF disini (Rp.25.000).

Advertisement

Published by

Erwin M.

Saya suka mengikuti perkembangan teknologi digital, senang jalan-jalan, memotret, menulis dan minum kopi. Pernah bekerja sebagai engineer di industri TV broadcasting, namun kini saya lebih banyak aktif di bidang fotografi khususnya mengajar kursus dan tur fotografi bersama infofotografi.com.

18 thoughts on “Saatnya saya beralih ke sistem baru dengan Canon EOS 70D”

  1. Pak mohon info saya sudah memakai pocket camera Olympus type VR 340 saya rencana mau beli lagi kira2 merk apa yah yg lebih baik dari VR 340? Tapi dengan harga yang tidak terlalu mahal. Dan punya DSLR Canon 550 D saya gunakan lensa Canon 17-40 mm, mohon saran lensa ukuran brapa yang saya bisa gunakan untuk Family foto dan untuk mengambil object dari jarak agak jauh.terima kasih atas saran dan infonya .salam eko.

  2. Waduh.. Mas Erwin pindah agama nih. dapet harga berapa mas 70d nya,baru pake lensa apa aja mas.gimana kesan pertamanya. selamat ya atas ganti sistem nya :-).

    1. Makasih.. Harga tidak bisa diinfokan, sori. Lensanya yg murmer aja spt biasa, salah satunya merk Sigma. Tunggu review saya selengkapnya ya..

  3. 70D emang mantep mas. kemarin nyoba megang punya teman dan emang feelnya beda hehhe. maklum kamera ane masih kamera pemula.

    1. Sulit lho menulis artikel tentang kamera tanpa memberi kesan ada promosi/iklan, waktu saya banyak nulis tentang Nikon juga orang sangka promosi Nikon. Padahal baik yg dulu maupun yg ini saya beli sendiri, saya tulis reviewnya tanpa diminta yg punya merk, dan mereka tidak sedikit pun kasih imbalan (dan saya memang tidak berharap).

  4. Pak ketika ingin pindah ke lain hati , apa yg masih paling anda cintai dari kekasih lama “nikon” saya sudah beberapa kali ingin juga punya kekasih gelap tapi rasanya “nikon ” masih terlalu indah untuk di lupakan .

    1. Nikon pastinya unggul di auto fokus kontinu saat pakai jendela bidik, yaitu berkat fitur 3D tracking AF-nya. Selain itu ya hasil foto Nikon kalau pakai RAW dan diedit masih lebih jago di urusan detil di shadow-nya, itu udah rahasia umum dari dulu sih.

  5. Dulu ane pake d300.
    Trs ganti d7100… tajem & matap utk image quality.
    Kini naik kelas ke d810… tajem, detail & dynamic rangenya wowwww…
    Pengin ganti mirroless tp blm ada yg setara. A7r ii belum water sield. Batre boroossss. Kecil tp beratnya mirip d5500.
    Mau ambil canon 5dsr tp fynamic rangenya ampunnn dah, di-push over 4stop ancurrr.

    Kayae pake kamera hp mlh lebih oke nihhh.. Jepret bs lgsg upload.

  6. Halo mas ewin, saya baru mau mulai mau beli dslr nih,
    Sebenr nya sudah menjatuhkan piliha ke 70D, tapi ada temen2 menyarankan ut pilih 60D
    Alasan nya 60D lebih bandel dan harga lebih bersahabat…
    Jadi bingung nih mas

  7. Mas, saya lg rencana mau beli kamera dslr, mmg sya sdh naksir sama eos 70d cz kmrin smpat nyoba punya teman, posisi saya skrg di kupang NTT n dsni harga camera lbh mahal bhkan jauh lbh mahal,, tlg saran kira2 sya bisa pesan kamera dmn yg tepat n aman di kirim sampai kupang,, trimakasih 🙂

  8. Hi mas kebetulan saya sama persis nih galau mau ganti ke mirrorless atau dslr. Buat saya sih ga masalah body besar/kecil, justru fitur seperti view finder penting bagi saya dan untuk itu saya akan tetap pilih dslr. mirrorless emang cukup mengagumkan sih, tapi kurang bisa ‘dimainin’.

    yang jadi masalah saya pun skrg pakai d5100, sudah empat tahun jalan lima. mau ganti ke kakaknya yaitu nikon d5500 tapi setelah mencari saya juga tertarik banget buat ganti ke canon 70d. mau nanya ada ga perubahan signifikan dari nikon ke canon?
    saya udah coba2 kayaknya fitur white balance nya canon better ya?

    saya udah research perbandingan dua kamera ini, kalo di cameradecision.com sih harganya memang lebih murah d5500 plus beberapa hal seperrti anti aliasing dll. saya makin galau setelah baca review nya mas.

    btw kalo udah ga pake nikon lensa2 nya boleh tuh mas :p

Comments are closed.