Canon EOS 1Dx mk II hadir menjadi kamera DSLR Canon kasta tertinggi yang dirancang untuk fotografer pro, pewarta olah raga atau siapapun yang memerlukan kamera DSLR tercepat yang pernah ada. Menjadi penerus dari Canon 1Dx lama, generasi kedua ini lahir kembali dengan desain hampir sama seperti sebelumnya dengan bentuk besar dan ada vertikal grip terpadu.
Peningkatan yang dilakukan Canon pada 1Dx mk II ini diantaranya sensor dari 18 MP menjadi 20 MP, layar sentuh dengan hybrid AF, fitur 4K video, GPS dan slot baru CFast card. Kinerja kamera juga meningkat dari 12 fps menjadi 14 fps, bahkan bisa jadi 16 fps pada mode live view. Buffer kamera ini juga lega, bisa memotret JPG non stop sampai memori penuh, atau bisa sampai 170 foto RAW.
Mungkin banyak pihak bertanya mengapa harga kamera ini bisa begitu tinggi? Kalau ditinjau dari sensor dan hasil fotonya memang termasuk bagus, tapi bukan yang luar biasa. Misalnya kamera ini ‘cuma’ 20 MP sementara kamera lain punya megapiksel lebih banyak (termasuk Canon 5DS dengan 50 MP). Tentunya alasan utama adalah kamera ini dirancang untuk kinerja tinggi, dan bila megapiksel terlalu banyak membuat kinerja kamera akan melambat.
Profesional akan memerlukan kinerja auto fokus tanpa kompromi. Canon 1Dx mk II punya 61 titik fokus (41 titik diantaranya cross type) dan hebatnya semua titik ini bisa bekerja walau bukaan lensa cukup gelap (hingga f/8). Jadi pengguna lensa f/4 yang memasang 2x tele converter tetap bisa auto fokus dengan kamera ini. Saat memakai mode live view atau video, 1Dx mk II tetap bisa auto fokus dengan cepat berkat Dual Pixel AF (pertama kali ditemui di DSLR Canon full frame). Kinerja Auto fokusnya dibarengi dengan modul metering terbaru dengan 360.000 piksel RGB metering membuat kamera 1Dx mk II lebih presisi dalam mencari fokus, mengikuti gerakan subyek dan menguncinya.
Saya berkesempatan menajajal langsung kamera ini selama 2 hari dan disini saya tuliskan kesan dan hasil mencoba singkat, walau belum menemukan keadaan foto yang cocok untuk menguji dahsyatnya auto fokus dan shoot kontinu dari kamera ini, tapi setidaknya saya bisa uraikan apa saja yang saya temui dari kamera ini. Saya mencoba di dua lokasi, yaitu di studio infofotografi.com dan juga di masjid Bani Umar di acara hunting foto model muslimah bersama id-photographer.com.
Tinjauan fisik
Kamera EOS 1Dx mk II berbobot 1,5 kg tanpa lensa, berbahan magnesium alloy yang kokoh, layar LCD 3,2 inci dan dilengkapi 2 LCD kecil sebagai pelengkap. Untuk navigasi menu atau mengganti setting, disediakan 2 buah joystick dan beberapa pengaturan juga bisa melalui layar sentuh, khususnya saat mode live view atau video.
Sebagian tombol di kamera ini bisa dikustomisasi dan disediakan juga custom setting yang berlimpah sesuai keinginan. Desain antar muka baru dari Canon juga menyediakan custom layout untuk tampilan setting di layar sesuai selera kita. TIdak ada flash di kamera ini, untuk kebutuhan flash atau trigger perlu memasangnya di hot shoe. Fitur WiFi juga tidak ada, tapi ada penerima GPS untuk geotagging. Baterai generasi terbaru LP-E19 kompatibel dengan baterai lama, memberi hingga 1000 kali jepret sekali charge.
Ergonomi dan tombol
Saya dapati kamera ini punya ergonomi terbaik, dengan kesan solid yang mantap, kedua grip lekuknya juga sama-sama enak, dan tata letak tombol yang juga pas. Tampilan di dalam jendela bidik juga lengkap termasuk level horizondan indikator light meter untuk vertikal dan horizontal. Jempol dengan mudah bisa mengakses berbagai tombol, joystick maupun roda di bagian belakang. Hanya saja seting seperti Drive mode, AF dan metering ditempatkan di kiri atas yang membuat kita harus pakai tangan kiri untuk menekan tombolnya (perlu adapatasi bagi yang biasa pakai 7D/5D dsb).
Impresi setelah mencoba kamera ini
Saya berkesempatan mencoba kamera ini untuk merasakan langsung sensasinya. Saya menyukai kesamaan antar muka diantara semua DSLR Canon sehingga tidak perlu banyak beradaptasi, juga setting Q (Quick) yang familiar, tombol-tombol dasar juga sama (AF. ISO, *, AF point select, M-Fn dsb). Cuma memang tidak ada roda mode di kamera ini, diganti dengan tombol MODE. Saya mencoba dengan satu kartu CFast terpasang di slot kedua. Pengaturan auto fokus yang sangat lengkap bisa saya jelaskan dari tampilan di layar seperti ini :




Saya dapati walau kamera ini ada 61 titik AF, tidak selalu kita harus memilih satu titik yang bisa jadi terasa repot. Saya justru mencoba foto dengan Auto Area AF sehingga berharap kamera menemukan sendiri mau fokus kemana. Disaat mencoba foto model, EOS 1Dx mk II berhasil mendeteksi wajah dan memfokus pada wajah dengan Auto Area AF sehingga saya tidak perlu memilih titiknya lagi. Berikut ini contoh kamera memfokus di tempat agak gelap, tanpa bantuan AF asisst beam atau apapun, dengan mode Auto Area berhasil memfokus ke wajah secara otomatis.


Kualitas hasil foto EOS 1Dx mk II memang tidak diragukan, khususnya dalam hal dynamic range dan kinerja ISO tinggi yang baik, dimana ISO tinggi pun masih rendah noise seperti foto ini :


Saya mencoba kinerja ISO tinggi dan mencoba memotret benda ini dengan ISO 1600, 3200 dst hingga ISO 51.200 untuk melihat noisenya.
Di ISO 1600 juga sudah ditemui ada sedikit noise tapi sampai ISO 6400 masih bisa diterima. Diatas itu noise semakin nyata, semakin banyak dan mulai mengganggu.
Saya juga menyukai adanya berbagai pengaturan gambar khususnya JPG, karena meminimalkan proses editing pasca memotret. Di EOS 1Dx mk II ada pengaturan seperti Picture Style, bisa mengatur quality (JPG compression) untuk setiap ukuran gambar dan fitur untuk mengoreksi kekurangan dari lensa.



Fitur video juga menjadi aspek penting dari EOS 1Dx mk II. Headline utamanya adalah fitur 4K yang membedakan dari DSLR Canon lainnya, dengan dukungan port mic dan headphone yang membantu videografer serius. Fitur 4K ini memakai format MOV dengan kompresi MJPG, lalu ada juga pilihan full HD. Tersedia format MP4 bagi yang ingin rekam video lebih lama tapi tidak bisa 4K. Bagi yang suka auto fokus saat video juga akan terbantu oleh Dual Pixel AF yang membuat continuous servo AF saat rekam video jadi hal yang mudah.

Sayangnya Canon tidak memberi semua kecanggihan EOS Cinema di 1Dx mk II ini. Misalnya tidak ada profil video khusus seperti Zebra, Color Bars, Cinema EOS style utuk editing. HDMI outnya juga tidak mendukung 4K, hanya clean HD 1080 saja. Cukup bisa dimengerti karena 1Dx mk II bukan ditujukan untuk menjadi kamera video profesional. Tapi bila bicara fitur yang menarik bagi saya adalah saya suka video 4K di kamera ini yang memakai MJPG karena bisa diambil satu frame video 4K lalu menjadikannya sebuah foto resolusi 8 MP, dengan aspek rasio video tentunya. Inilah contoh gambar hasil grab dari klip video 4K :

dan inilah hasil crop dari foto diatas, ingat ini adalah frame grab dari klip video 4K :

Secara umum kesan saya terhadap kamera ini sangat menyenangkan, terlepas dari ukurannya yang besar atau bobotnya yang berat. Saat saya pakai kamera ini di sesi hunting foto, peserta lain tidak menyadari kalau yang saya bawa adalah kamera tertinggi di kasta DSLR Canon, tapi saat saya memakai burst 14 fps barulah mereka tersentak mendengar suara shutternya yang seperti ‘senapan mesin’ dan itulah memang ciri dari kamera aksi sekelas 1Dx mk II ini. Mungkin tidak setiap orang memerlukan kamera sekelas 1Dx ini, tapi bila anda ingin tahu seperti apa kemampuan dari kamera tercanggih dan termahal dari DSLR Canon maka setidaknya anda kini tahu jawabannya.
Terima kasih kepada :
- PT Canon Indonesia yang telah meminjamkan kamera Canon 1Dx mk II untuk dicoba
- para model : Agatha Reyzky dan Aya Bebi
- detik inet
Gear mantap itu…
1.5 kg body only?
Kebayang kalo hiking bwa kamera gt + lensa tele.. hehe
Yup, body saja 1,5kg 🙂