Rekomendasi kamera buat liburan

Wah tak terasa sudah bulan Desember aja, artinya bentar lagi liburan.. Buat yang mau jalan-jalan tapi belum ada kamera, atau mau ganti kamera biar lebih seru liburannya, kali ini saya sajikan rekomendasi dan opini pribadi untuk memilih kamera digital.

Smartphone

Well, anda cuma ingin mengabadikan liburan anda dengan ponsel cerdas? Serius? Tapi bila memang begitu keadaannya ya tidak mengapa. Ponsel cerdas saat ini sudah punya hasil foto yang baik, bisa dipasang ke tongsis, dan mudah di bagi ke sosmed. Ingat juga sensor di ponsel itu kecil, lensanya umumnya fix dan pengaturannya terbatas.

Walau ponsel tapi lensanya dari Zeiss, kebayang kan tajamnya..
Walau ponsel tapi lensanya dari Zeiss, kebayang kan tajamnya..

Saran : ponsel premium akan selalu memberi hasil foto yang lebih tajam, berkat sensor berkualitas dan lensa yang bening. Pilihan seperti iPhone6, Samsung Galaxy kelas atas (S6, Note4 dsb), Sony Z5 dan LG G4 biasanya tidak pernah mengecewakan. Piihan lain yang lebih terjangkau tapi sudah cukup oke hasil fotonya diantaranya seperti HTC, Lumia (Microsoft XL) dan merk lainnya. Ponsel dari China biasanya punya kamera yang kurang baik walau pikselnya diklaim banyak.

Kamera saku

Segemen kamera saku dulu berjaya saat kamera ponsel belum populer. Saat ini bila anda mencari kamera saku pastikan adalah kamera saku yang spesifik, misal punya lensa bukaan besar, punya sensor cukup besar atau punya bodi tahan air/bisa dipakai menyelam.

Kamera saku tahan air, tahan benturan dan tahan beku, mungkin cocok untuk liburan anda ke Eropa
Kamera saku tahan air, tahan benturan dan tahan beku, mungkin cocok untuk liburan anda ke Eropa

Saran : Canon G7X dan Sony RX100 punya lensa bukaan besar dan sensor 1 inci, memberi hasil yang lebih baik dari kamera saku biasa. Untuk kamera tahan air ada Canon D30, Olympus Tough, Nikon AW130 yang juga menarik.

Action cam

Inilah segmen baru yang lagi populer sekarang, khususnya sejak muncul pesaing-pesaing GoPro. Lucunya banyak orang membeli Action Cam untuk dijadikan kamera saku, atau kamera tongsis, padahal Action cam sebetulnya untuk berpetualang di alam liar yang memacu adrenalin. Maka itu disediakan aksesori untuk menempelkan kamera ini di sepeda, di helm sampai di drone.

Sebuah action cam dibungkus dengan casing kedap air
Sebuah action cam dibungkus dengan casing kedap air

Saran : Action Cam seperti GoPro atau Sony memang pilihan yang baik bila dananya ada, tapi altenatif sekarang sudah lebih banyak seperti SJCam 4000, Brica BPro dan Yicam dari Xiaomi.

Prosumer

Dulu kamera jenis prosumer juga laris, karena DSLR masih terlalu mahal. Kini prosumer semakin terbatas, tapi anda tetap bisa pilih kamera jenis ini kalau suka pengaturan manual, suka lensa panjang tapi dana terbatas. Kualitas foto dari kamera prosumer termasuk biasa saja, diatas kamera saku tapi dibawah kamera DSLR.

Kamera dengan lensa panjang bukaan konstan f/2.8, sensor 1 inci dan pengaturan yang lengkap, membuatnya ideal untuk dipakai liburan
Kamera dengan lensa panjang bukaan konstan f/2.8, sensor 1 inci dan pengaturan yang lengkap, membuatnya ideal untuk dipakai liburan

Saran : Kamera prosumer yang saya sukai adalah Lumix FZ1000 dan Sony RX10 mark II. Keduanya punya lensa dan sensor cukup baik dibanding pesaingnya.

Mirrorless

Kamera mirrorless menjadi solusi bagi yang ingin dapat kualitas DSLR dalam ukuran lebih kecil. Walau begitu lensa kamera mirrorless juga sebagian sama besarnya dengan DSLR, pertimbangkan juga kombinasi yang tidak umum ini (bodi kecil, lensa besar). Tips dari saya saat memilih kamera mirrorless untuk liburan adalah carilah kamera yang fun (kecil, mudah dipakai, bisa flip LCD untuk selfie), ada WiFi (untuk dipasang di tongsis atau untuk berbagi ke sosmed) dan hasil fotonya tetap baik (sensornya ukuran standar DSLR).

Layar lipat dan bisa disentuh, membuat memotret jadi lebih fun, mau selfie? Bisa..
Layar lipat dan bisa disentuh, membuat memotret jadi lebih fun, mau selfie? Bisa..

Saran : Setiap mirrorless entry level pada dasarnya disarankan, misal Sony A5100, Fuji X-A2, Samsung NX500 atau Canon EOS-M3. Opsi lain dari Micro Four Thirds ada Panasonic Lumix GF7 atau GM1 yang mungil.

DSLR

Dulu orang travelling dan liburan ya membawa DSLR, tapi kini sejak banyak pilihan lain, pengguna DSLR untuk liburan semakin berkurang. DSLR lebih banyak dipakai untuk kerja, seperti foto produk, potret model atau penghobi yang suka foto landscape hingga satwa liar. Tapi bila anda suka membawa DSLR untuk jalan-jalan, carilah yang ukurannya cukup kecil dan ringan, dengan lensa kit yang juga masih kecil atau lensa fix maka DSLR masih nyaman untuk jalan-jalan dan liburan.

DSLR yang kecil, layar lipat dan sentuh juga menyenangkan untuk dipakai liburan
DSLR yang kecil, layar lipat dan sentuh juga menyenangkan untuk dipakai liburan

Saran : Canon 760D merupakan DSLR yang saya suka karena kontrolnya seperti kamera pro (ada dua roda) dan bisa live-view setara mirrorless, lalu ada juga opsi dari Nikon yaitu D5500 yang punya bodi ringkas dan auto fokusnya jago mengatasi keadaan subyek bergerak.

Siapkan gear anda, pelajari bagaimana memakainya dengan benar dan selamat liburan..

Advertisement

Fitur Scene Mode, Creative Auto dan Live View di DSLR Canon

Hobi motret sudah jadi keseharian kita semua, minimal dengan modal ponsel saja kita sudah bisa ambil foto dan video. Buat anda yang sudah punya DSLR, tentu hobi motret ini bisa ditingkatkan jadi hobi fotografi yang lebih serius, misal dengan belajar dasar fotografi terlebih dahulu. Tapi kamera DSLR bukanlah alat yang selalu harus dipakai dengan serius, seiring tren yang ada, dia semakin mudah dan fun (menyenangkan) untuk dipakai.

Scene Mode

Lho, bukannya DSLR itu kita perlu banyak tahu soal hal-hal teknis seperti eksposur, fokus, WB dan banyak lagi? Iya betul, tapi produsen DSLR juga menyadari, banyak pemula/awam yang beli DSLR dan bakal kasihan kalau harus paham dulu semuanya baru bisa memotret. Untuk itulah disediakan beberapa mode-mode bantuan seperti Scene Mode (khususnya di DSLR pemula) dan akan lebih maksimal bila dipakai dalam mode live-view.

P1090807 potraitBagi para fotografer, Scene Mode mungkin tidak pernah dipakai. Tapi bagi pemula sekali, sambil anda belajar fotografi, tidak ada salahnya memanfaatkan bantuan yang disediakan kamera. Intinya dengan Scene Mode kita tinggal menyesuaikan situasi/skenario apa yang kita akan foto dan mencari mode yang tepat di kamera kita. Continue reading Fitur Scene Mode, Creative Auto dan Live View di DSLR Canon

DSLR dulu, sekarang dan nanti (analisa dan prediksi)

Kamera DSLR saat ini sepertinya masih jadi incaran utama fotografer dan penghobi foto, selain tentu kini mulai ada juga pilihan kamera selain DSLR bahkan termasuk ponsel cerdas yang semakin baik hasil fotonya. Walau begitu saya melihat situasinya agak berbeda antara sekarang dengan dulu masa-masa DSLR menjadi kamera primadona setiap orang.

Coba lihat fakta-fakta kamera DSLR berikut ini :

  • produk baru terus keluar, walau produk lama sebetulnya masih sangat baik spek dan fiturnya
  • semakin sedikit peningkatan yang didapat dari DSLR terbaru, karena desain DSLR memang evolusi dari kamera film konvensional (cermin, prisma, shutter mekanik dsb) update : duo DSLR termurah Canon 1300D dan Nikon D3400 sudah muncul, dengan sedikit sekali peningkatan di banding produk sebelumnya
  • harga DSLR terbaru semakin naik, juga disokong tidak berdayanya rupiah kita terhadap dolar (1$ = Rp. 13.500 saat tulisan ini dibuat)

Saya pikir hal ini membawa dampak kurang baik bagi kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Bagi konsumen, harga DSLR pemula terbaru saat ini bahkan bisa mencapai 9 juta (kit) atau 8 juta (bodi saja). Kalau dana tidak mencukupi, konsumen terpaksa melirik produk lama (generasi 2-4 tahun kebelakang) dan umumnya bisa ditebus seharga 6 jutaan.

70D vs 760D
70D bersanding dengan 760D, banyak kemiripan fitur, bahkan beberapa diantara fitur 760D justru lebih modern dari 70D.

Bagi produsen (Canon dan Nikon khususnya), tekanan dari kamera mirrorless dan kamera ponsel juga terus mengganggu market share mereka. Tapi terlepas dari itu, saya mau menunjukkan betapa pusingnya pihak produsen menentukan harga jual produk-produknya di pasaran :

  • Canon 760D sudah ada, harga 8,2 juta bodi saja (bersamaan dengan 750D seharga 7,5 juta). Tentu Canon berharap kedua Rebel baru ini akan laris manis, tapi disaat yang sama 700D dijual 6 jutaan saja. Alih-alih fokus menjual yang baru, produk lama bahkan sampai 600D pun masih banyak dijual di toko. Bahkan 60D pun masih diminati sampai sekarang, dan banyaknya pilihan di kisaran harga yang sama ini bakal membingungkan buat pembeli juga.
  • Nikon D5500 kit juga sudah hadir, harga 9,15 juta, dan terpaut 100 ribu saja dengan D5300 kit. Aneh? Ya logikanya siapa yang mau ambil D5300 kalau begitu (bedanya lumayan banyak, termasuk ada layar sentuh). Tapi baik D5300 dan D5500 menurut saya kemahalan untuk DSLR pemula, dulu saya beli D5100 saja 5-6 jutaan. Saat ini anggap anggaran yang ada adalah sama yaitu 5-6 jutaan, maka kita cuma bisa dapat D5200 saja. Harga 9 juta itu mendekati angka psikologis 10 juta, dan disitu sudah mendekati D7100 (bodi saja) sudah bisa dibeli dengan 12 juta.

Continue reading DSLR dulu, sekarang dan nanti (analisa dan prediksi)

Review singkat Canon EOS 70D, lensa Sigma 17-70mm HSM dan EF-S 10-18mm STM

Canon 70D adalah kamera kelas menengah pengganti 60D dan diposisikan di bawah 7D dan di atas Canon Rebel (700D, 750D dsb). Diluncurkan pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu (2013), kamera ini masih populer sampai saat ini dan dijual di kisaran 11 jutaan bodi saja.

Review singkat ini saya buat karena saya baru saja upgrade ke Canon EOS 70D (sebelumnya pakai Nikon D5100) dan alasan memilih kamera baru ini bukan karena 70D punya hasil foto terbaik atau kinerja tertinggi dibanding kamera lain, melainkan karena 70D punya keseimbangan fitur-kinerja-harga yang paling pas bagi saya. Selain itu ya tentunya kamera yang saya inginkan ini harus mudah dipakai dan ukurannya pas untuk tangan (dan kantong) saya.

DSC_2385 cr

Sensor di EOS 70D adalah APS-C CMOS 20 MP yang hasil fotonya sudah tergolong baik, tapi tidak terlalu istimewa (dalam hal skor DxO mark atau dalam hal jumlah piksel). Kinerja shoot kontinu juga sedang-sedang saja (7 fps), ISO sampai 12.800 dan bodinya juga masih berbalut plastik, bukan magnesium alloy. Canon EOS 70D punya banyak peningkatan dibanding 60D seperti titik fokus dari 9 titik jadi 19 titik, ada dual pixel AF, fitur HDR, ada Auto ISO yang seperti Nikon, dan layar lipatnya mendukung sistem layar sentuh. Saya sempat membandingkan 70D dengan 760D (Rebel T6s) karena banyak kesamaan fitur, tapi akhirnya 70D bagaimanapun tetap lebih layak untuk dipilih. Misalnya karena jendela bidik dari prisma yang lebih nyaman, ada fitur HDR, multiple exposure, AF fine tune, konversi RAW ke JPG di kamera hingga fitur videonya yang sudah ditambah opsi kompresi rendah All-I untuk hasil lebih baik, walau ukuran file jadi lebih besar. Sebagai info, fitur movie servo AF dimungkinkan bila lensa yang dipasang adalah berjenis STM, selain itu maka servo AF akan terlihat kurang mulus transisinya.

DSC_2264 sml
Canon 70D tampak belakang dengan berbagai tombol dan roda kendali

Continue reading Review singkat Canon EOS 70D, lensa Sigma 17-70mm HSM dan EF-S 10-18mm STM

Saatnya saya beralih ke sistem baru dengan Canon EOS 70D

Ganti sistem, atau pindah merk itu dalam dunia fotografi bisa jadi adalah hal yang umum, atau justru jadi hal yang bikin heboh. Biasanya bakal jadi heboh kalau yang ganti sistem itu adalah public figure, atau fotografer terkenal. Sampai saat ini sering saya temui orang pindah sistem dari Canon ke Nikon (atau sebaliknya), atau dari pakai DSLR lalu pindah ke mirrorless (Sony, Fuji atau Samsung). Atau bahkan pakai dua sistem, misal pakai DSLR dan mirrorless sekaligus.

Lha kalau saya yang ganti sistem, tentu saja ini bukanlah berita besar, toh saya kan bukan siapa-siapa. Saya cuma seorang pemakai DSLR Nikon pemula sejak 2007 (D40 dan D5100) dengan beberapa lensa-lensa murah meriah (AF-S 50mm, AF-S 70-300mm VR, Tokina 12-24mm dan Tamron 17-50mm) yang dengan sabar berharap suatu hari nanti akan ada kamera DSLR Nikon baru yang memenuhi ekspektasi saya untuk upgrade. Hingga akhirnya saat ini ada D5500 dan juga D7100 yang keduanya sama-sama menarik, tapi di lain pihak saya lihat tren kamera mirrorless semakin meluas dengan kamera yang juga semakin baik. Jadi sebenarnya kamera seperti apa yang saya cari kalau mau upgrade?

DSLR dan mirrorless pada dasarnya sama saja. Bedanya adanya cermin di DSLR membuat bodi kamera jadi gemuk dan agak tinggi untuk tempat prisma.
DSLR dan mirrorless pada dasarnya sama saja. Bedanya adanya cermin di DSLR membuat bodi kamera jadi gemuk dan agak tinggi untuk tempat prisma.

Sebetulnya sejak tahun lalu saya sudah aware kalau masa depan kamera itu adanya di sistem mirrorless. DSLR menurut saya sudah matang secara teknis dan adanya cermin membuat kamera DSLR sudah sulit untuk dikembangkan lagi. Di lain pihak, sistem live view di mirrorless membawa banyak perubahan besar dalam kemudahan memotret (apalagi kemajuan prosesor semakin pesat), semisal deteksi wajah dan mata, membaca warna kulit, mengenali obyek, focus peaking, live bulb (di Olympus) dan live histogram. Belum lagi kita bisa melihat warna WB sebelum foto diambil, lalu simulasi terang gelap di mode manual juga bisa dilihat langsung dengan live view. Apalagi kamera mirrorless modern mulai mengadopsi sistem electronic shutter yang cepat hingga 1/16000 detik yang selain cepat juga senyap. Jadi intinya saya suka fitur live view di kamera mirrorless, tapi tunggu dulu, DSLR kan juga bisa live view, dan DSLR juga punya sejumlah keunggulan dari mirrorless.

Continue reading Saatnya saya beralih ke sistem baru dengan Canon EOS 70D

Bedah Fitur Canon EOS 760D vs Nikon D5500

Canon EOS 760D menjadi produk baru (bersama dengan 750D) mengisi segmen teratas di kamera DSLR kelas pemula, dengan menjadikan sensor 24 MP sebagai andalannya. Di lain pihak Nikon D5500 juga berada di kelas yang sama, mengandalkan layar sentuh dan kualitas sensornya. Keduanya menarik untuk dibedah kesamaan dan perbedaan fiturnya, simak lebih lanjut yukk..

Canon EOS 760D

EOS 760D adalah pertama kalinya dalam sejarah Canon Rebel (EOS tiga digit), digunakan sistem dua roda kendali dan LCD kecil tambahan di bagian atas kamera. Tapi bila anda hanya ingin satu roda dan tidak perlu LCD kecil (really?), juga tersedia EOS 750D yang juga sama-sama pakai sensor 24 MP (sebelumnya dari EOS 550D, 600D, 650D hingga 700D memakai sensor lawas 18 MP).

760D vs D5500

EOS 760D adalah seperti versi murahnya EOS 70D, dalam banyak hal ditemui kemiripan fitur khususnya dalam hal auto fokus 19 titik. Hal yang saya suka dari 760D (dan tidak ada di Nikon D5500) diantaranya kemampuan Hybrid AF (saat live view dan saat rekam video), fitur Wireless Flash, dua roda kendali dan LCD di bagian atas. Peningkatan dari 700D ke 760D yang saya acungi jempol (dan sudah waktunya) adalah sensor baru 24 MP, titik fokus dari 9 titik bertambah jadi 19 titik, virtual horizon (level), dan codec MP4 untuk video yang lebih populer. Continue reading Bedah Fitur Canon EOS 760D vs Nikon D5500