Komparasi empat kamera saku premium harga ‘terjangkau’

Kalau di era sekarang bicara kamera saku, yang terbayang mungkin adalah kamera harga 1 jutaan yang hasil fotonya kerap mengecewakan, dan cuma bisa auto mode. Daripada bawa-bawa kamera saku, anda mungkin lebih suka memotret pakai ponsel cerdas yang lebih praktis. Tapi tidak selalu demikian lho. Kamera saku juga punya beberapa kasta, dari yang murah sampai yang mahal banget. Untuk mereka yang mengejar kualitas (khususnya dalam hal lensanya), kemudahan pemakaian dan kendali manual, tersedia juga kamera saku kelas premium yang harganya bisa disetarakan dengan sebuah kamera DSLR termurah. Wow..

Saya akan mengupas kamera saku premium yang masih punya segmen tersendiri, baik di kalangan fotografer maupun kaum menengah. Dengan harga jual yang tinggi, kamera saku premium memang sulit untuk bisa laris manis di pasaran. Maka itu kini banyak produsen kamera saku premium yang membuat produk versi hemat, dengan mengurangi beberapa fitur yang tidak diperlukan (untuk menekan biaya) namun sebisa mungkin tetap mempertahankan ciri kamera saku premium.

Apa saja ciri dari kamera saku premium? Walau tidak ada teorinya, saya simpulkan sendiri kalau kamera saku di segmen premium utamanya punya lensa yang bukaannya besar. Ini penting karena sebisa mungkin kamera saku bisa memasukkan banyak cahaya guna menghindari pakai ISO tinggi. Kita ingat bahwa kamera saku yang kecil tentu sensornya juga kecil, sehingga tidak berdaya di ISO tinggi. Maka itu kamera saku premium dibuat dengan lensa yang 1 stop lebih besar dari kamera saku lain, misal f/2.0 atau bahkan f/1.8.

Selain itu kamera saku premium punya mode manual untuk mengakomodir kebutuhan fotografi yang beragam. Setidaknya dengan bisa mengatur nilai bukaan dan shutter, kamera saku bisa juga dijadikan cadangan untuk melengkapi DSLR saat bekerja atau travelling. Bahkan sekarang sudah jadi tren ada ring di lensa yang bisa diputar, kendali ini bisa diatur untuk berbagai pengaturan seperti bukaan, zoom, kompensasi eksposur dan sebagainya. Fitur lain yang sudah jadi standar diantaranya stabilizer, HD movie dan LCD resolusi tinggi yang lebih detail. Continue reading Komparasi empat kamera saku premium harga ‘terjangkau’

Advertisement

Adu dua superzoom murah : Fuji S3200 vs Nikon L120

Kamera superzoom punya segmen market yang unik, yaitu mereka yang mengejar kamera dengan lensa all round dalam bentuk yang ringkas dan harga terjangkau. Soal kualitas hasil foto maupun fitur fotografi memang boleh saja dinomorduakan, yang penting dari segi penampilan kamera superzoom tampak seakan seperti kamera serius. Maka itu kita tidak perlu membayar mahal untuk kamera semacam ini, cukuplah dengan dana 2 jutaan bahkan kurang, kita bisa bermain-main dengan kamera yang lensanya punya kekuatan zoom hingga 20x bahkan lebih.

21x zoom
Ilustrasi rentang fokal kamera superzoom

Continue reading Adu dua superzoom murah : Fuji S3200 vs Nikon L120

Aneka kesalahan yang biasa dilakukan pemula saat memotret

Sering sekali ada komentar di blog ini menyatakan bahwa dirinya adalah fotografer pemula yang bertanya mengenai kamera apa yang cocok untuknya. Saya agak bingung juga karena yang dimaksud dengan pemula itu sendiri batasnya tidak jelas, bahkan saya pun masih merasa jadi pemula dalam urusan foto-memfoto. Mungkin istilah pemula (dari asal kata : mula / awal / beginner) dalam fotografi bisa dikaitkan dengan fotografer amatir / amateur, atau non profesional / non komersil dan bisa juga pemula diidentikkan dengan mereka yang sedang belajar (teori dan praktek) fotografi. Inipun belum termasuk mereka (yang bisa disebut pemula) yang membeli kamera hanya sekedar untuk urusan dokumentasi keluarga dan tidak mau dipusingkan soal istilah-istilah fotografi. Karena blog ini dibuat dari pemula untuk pemula, maka tulisan kali ini hanya ditujukan untuk sekedar sharing pengalaman seputar aneka kesalahan yang biasa dilakukan oleh fotografer pemula. Continue reading Aneka kesalahan yang biasa dilakukan pemula saat memotret

Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual (M)

Manual mode (dilambangkan dengan huruf M) pada kamera digital disediakan bagi mereka yang ingin berkreasi dengan eksposure dalam fotografi. Intinya, di mode M kendali akan nilai shutter dan diafragma yang digunakan, sepenuhnya ditentukan oleh sang juru potret. Tidak seperti mode lain (P/A/S) yang menjadikan light-meter kamera sebagai penentu referensi eksposure yang tepat, pada mode M ini light-meter hanya menjadi indikator seberapa banyak eksposure yang kita tentukan mendekati eksposure yang dianggap tepat oleh kamera.

exposure_indicator

Kendala memakai mode manual ini adalah kalau salah menentukan eksposure, hasil foto bisa menjadi under-exposed (terlalu gelap) atau justru menjadi over-exposed (terlalu terang). Tujuan fotografi yang baik tentu menghindari adanya over atau under pada sebuah foto sehingga kita perlu bisa mengatur eksposur dengan tepat. Continue reading Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual (M)