Review : Digital SLR Nikon D40

Pada kesempatan kali ini saya mencoba menyajikan sebuah mini-review pribadi atas produk kamera digital SLR keluaran Nikon yaitu D40 yang saya beli pada pertengahan tahun 2007.

Nikon D40 Nikon D40 semenjak peluncuran perdananya hampir setahun lalu, hingga kini masih menjadi kamera SLR digital termurah yang tersedia dipasaran. Dengan harga 5 jutaan, Anda sudah bisa menjadi pemilik kamera DSLR 6 mega piksel lengkap dengan lensa kit 18-55mm DX II f/3.5-5.6. Memang Nikon D40 sengaja diposisikan untuk mengisi pasar DSLR kelas murah dan bersaing langsung dengan Canon EOS 350D (8 MP) serta Pentax K100D (6 MP). Tren DSLR murah kini telah berhasil menggerus pasar kamera digital prosumer yang umumnya berharga 4 jutaan. Dengan gap harga yang begitu dekat, Nikon berharap para calon pembeli kamera prosumer untuk tidak tanggung-tanggung dalam terjun ke dunia fotografi dengan langsung membeli D40 sebagai DSLR pertamanya.

Sebelum kita mulai, ada sedikit informasi penting mengenai D40 akan saya sampaikan di awal. Demi memangkas harga jual dan menjaga ukuran kamera ini tetap kecil, Nikon memutuskan untuk meniadakan motor auto fokus pada bodi D40. Artinya, proses auto fokus pada D40 hanya bisa dilakukan apabila lensa Nikon yang digunakan adalah lensa generasi baru berkode AF-S yang memiliki motor fokus berteknologi SWM (dan sekarang juga ada lensa alternatif dari Sigma berkode HSM yang kompatibel dengan D40). Hal ini akan menjadi masalah bagi mereka yang telah memiliki koleksi lensa lama (Nikon AF) karena lensa tersebut terpaksa hanya bisa dipakai dengan fokus manual pada D40. Namun jika Anda adalah pemain baru di dunia DSLR semestinya tidak perlu kuatir karena Nikon akan terus meluncurkan lensa baru berkode AF-S yang tentunya dapat auto fokus di D40.

Nikon D40 backBaiklah, kita mulai saja. Dengan ukuran 126 x 94 x 64 mm, bodi D40 memang secara umum terasa lebih kecil dibanding kamera DSLR lain, bahan materialnya memang terbuat dari plastik namun masih tetap terasa kokoh. Dengan lensa kit terpasang Anda akan merasa kamera ini masih ringan, bahkan jika Anda menambah lampu kilat eksternal SB-400 sekalipun. Layar LCD TFT beresolusi 230.000 piksel yang dipakai cukup lebar dengan ukuran 2,5 inci, tampilan di layar terlihat tajam dengan viewing angle yang lebar. Di layar inilah ditampilkan menu utama untuk semua setting kamera. D40 memiliki optical viewfinder yang cukup terang meskipun hanya menggunakan penta-mirror (tidak seperti DSLR kelas atas yang menggunakan penta-prism). Handgrip relatif kecil untuk ukuran orang dewasa bertangan besar, saya masih merasa lebih nyaman saat menggenggam prosumer Lumix FZ50, misalnya. Namun meski ukuran handgrip yang relatif kecil, Nikon berhasil menjaga ergonomi kamera ini dengan baik. Terbukti saat saya menggunakan kamera ini dengan satu tangan ternyata tetap terasa stabil dan mantap digenggam.

Sensor CCD 6 MP dengan format DX

Nikon D40 menggunakan sensor CCD berukuran APS-C berformat DX buatan Sony. Sensor APS-C memiliki ukuran 23.7 x 15.5 mm yang memang lebih kecil dari ukuran sensor kamera DSLR full frame/ekuivalen film 35mm, namun jauh lebih besar daripada sensor pada kamera saku. Memang sensor CCD dari Nikon D40 hanya memiliki resolusi 6 MP dengan format 3:2, namun rasanya resolusi 6 MP sudah mencukupi untuk keperluan fotografi sehari-hari hingga urusan cetak mencetak foto berukuran sedang. Pilihan sensitivitas sensor, atau yang biasa disebut nilai ISO tersedia dari 200 sampai 1600, plus Hi+1 (ekuivalen 3200). Sebagaimana layaknya sensor kamera lainnya, pemakaian ISO rendah lebih ditujukan pada kondisi pemotretan yang cukup cahaya, sementara ISO tinggi mampu memberikan sensitivitas tinggi saat kurang cahaya, meski harus dibayar dengan hadirnya noise yang mengganggu. Pada pengujian hasil foto D40 dengan memakai ISO 200 dan 400 tidak tampak adanya noise, pada ISO 800 hasil fotonya masih cukup bersih dari noise, dan untuk ISO 1600 noise yang ada masih cukup terjaga dengan baik. Kondisi cukup parah terjadi saat nilai ISO diset ke Hi-1 yang setara dengan ISO 3200, sehingga sebaiknya nilai ISO ini dipakai hanya saat ‘darurat’ saja. Hasil pengujian seperti pada contoh dibawah ini, pemotretan dengan lensa kit 18-55mm, Av-f/4.5, WB auto, EV-0, flash off, auto ISO off (foto teratas merupakan objek foto aslinya, sementara dibawahnya adalah 100% crop pada masing-masing nilai ISO) :

Nikon tampaknya berhasil membuat algoritma noise reduction D40 yang seimbang dengan menerapkan noise reduction namun tetap mampu mempertahankan detail foto pada pemakaian ISO tinggi. Lagipula D40 telah menjadi salah satu kamera DSLR yang mampu memberi hasil foto terbaik pada ISO 1600, cukup mengagumkan. Yang menarik, pada Nikon D40 diperkenalkan fitur Auto ISO yang amat bermanfaat. Dengan adanya fitur ini, Anda tidak perlu pusing untuk mengatur nilai ISO untuk tiap kondisi pemotretan. Cukup aktifkan fitur ini, tentukan berapa nilai ISO maksimal dan pada shutter berapakah Auto ISO akan bekerja. Selebihnya setiap Anda mengambil foto, kamera akan menentukan sendiri apakah ISO perlu dinaikkan atau tidak, dan menentukan juga berapa nilai ISO yang tepat untuk kondisi pencahayaan saat itu.

Performa tinggi, sarat fitur

Meski menjadi DSLR termurah, performa Nikon D40 ternyata amat baik. Start up singkat, auto fokus cepat dan akurat (berkat Silent Wave Motor pada lensa) dan shutter lag yang juga amat singkat. Bila burst mode diaktifkan, D40 bisa mengambil gambar secara kontinyu sampai 2,5 gambar per detik. Shutter D40 memiliki kemampuan hingga 1/4000 detik dengan kombinasi mechanical dan electrical shutter. Terdapat pilihan exposure mode auto atau manual, serta beberapa mode Digital Vari-program untuk keleluasaan pemotretan. Untuk pilihan metering tersedia 3D color matrix II (420 pixel RGB sensor) yang menjadi andalan SLR Nikon generasi baru, selain itu Anda juga bisa memilih metoda metering konvensional seperti center weighted atau spot metering. Untuk pilihan white balance tersedia mode auto (cukup aman untuk berbagai sumber cahaya) dan berbagai pilihan preset white balance yang masing-masing dapat di fine tuning (ke arah + atau -). Built-in flash dengan guide number 12 pada ISO 100 bekerja cukup baik, dengan i-TTL system yang cerdas mengatur intensitas pencahayaan sesuai jarak objek terhadap kamera. Apabila dirasa perlu memakai flash manual (non TTL), Anda tinggal merubah setting flash dari TTL ke manual dan selanjutnya tersedia pilihan flash power, mulai dari full power hingga nilai yang lebih rendah. Hebatnya lagi D40 memiliki flash-sync sampai 1/500 detik, suatu angka yang jarang dimiliki oleh SLR lain. Nilai flash-sync secepat ini diraih berkat penggunaan electrical shutter, bermanfaat bila ingin menggunakan lampu kilat saat memotret di siang hari. Apabila dibutuhkan daya flash yang lebih besar dapat mempertimbangkan flash eksternal yang dipasangkan di hot shoe D40. Selain itu flash eksternal memungkinkan cahaya dibouncing ke langit-langit sehingga jatuhnya cahaya akan lebih alami.

Seputar auto fokus pada D40

Seperti yang sudah saya ulas di awal, proses auto fokus pada D40 hanya mengandalkan pada putaran motor SWM pada lensa-lensa Nikon berkode AF-S. Setidaknya sistem fokus memakai motor pada lensa ini memiliki kelebihan dalam hal kecepatan dan ketepatan fokus dibanding sistem auto fokus yang digerakkan oleh motor pada kamera. Namun apabila lensa yang dipasang tidak memiliki motor AF maka sistem auto fokus tidak bisa digunakan. Modul auto fokus pada kamera D40 menggunakan modul Multi-CAM530 yang sayangnya hanya memiliki 3 titik horizontal (left, center, right) sehingga kurang fleksibel bila dipakai pada kondisi pemotretan yang sulit. Ketiga titik fokus tadi akan mencari area fokus berdasarkan setting AF area mode pada kamera, yaitu :

  • Closest subject (default mode-sensor akan memilih objek terdekat)
  • dynamic area (sensor memilih 1 dari 3 titik fokus)
  • single area (pemakai memilih sendiri 1 dari 3 titik fokus secara manual)

Saya temui dengan memakai mode default terkadang kamera salah dalam mengunci fokus, sehingga mode ini akhirnya saya biarkan pada mode single area, dimana dalam kondisi normal titik area fokus selalu ada di posisi center, dan apabila diperlukan barulah dirubah ke kiri atau ke kanan secara manual. Selain pilihan AF area, pada Nikon D40 juga terdapat pilihan focus servo mode. Pilihan mode ini dipakai untuk menentukan apakah kamera akan mengunci fokus pada objek yang diam atau bergerak. Salah satu kelebihan kamera DSLR adalah kemampuan auto fokusnya yang mampu terus-menerus memfokus pada objek yang bergerak meski bergeraknya menjauhi atau mendekati kamera. Untuk itu tersedia empat pilihan focus servo mode : Continuous/AF-C (untuk objek yang terus bergerak), Single servo/AF-S (untuk objek diam), auto (AF-A) yang akan mendeteksi gerakan objek dan otomatis menentukan servo fokusnya, serta Manual Focus (apabila memakai lensa non AF-S). Untuk membantu sistem auto fokus dalam kondisi gelap, tersedia sebuah lampu AF assist berwarna putih terang (dan berfungsi juga sebagai indikator saat self-timer).

Lensa kit 18-55mm generasi II

afs-18-55-logoUntuk lensa kit dari D40 ini Nikon telah mengeluarkan lensa AF-S 18-55mm DX f/3.5-5.6 generasi II dengan motor SWM, dimana lensa ini sudah cukup baik untuk mulai dipakai jeprat-jepret. Karena D40 memakai format DX, maka lensa Nikon ini akan terkena crop factor 1,5x sehingga jangkauan lensa ini jadinya setara dengan 27-82.5mm (3x zoom). Jangkauan ini dirasa sudah cukup ideal untuk kebutuhan wideangle hingga medium telephoto. Disamping itu lensa zoom termurah dari Nikon ini juga telah dilengkapi lensa aspherical dan lensa berelemen ED ( untuk menghindari penyimpangan warna serta menjaga ketajaman dan kontras). Saya akui lensa mungil ini memang tajam terutama jika memakai nilai f/8, meski pada saat bukaan maksimal ketajamannya tetap saja baik. Untuk urusan distorsi juga lensa ini patut diacungi jempol dengan distorsinya yang rendah bahkan pada saat wide-end. Kekurangan dari lensa kit ini adalah bodinya yang terbuat dari plastik (termasuk mountingnya), bokehnya yang kurang blur dan manual fokus yang sulit (tidak bisa beralih dari auto ke manual fokus secara langsung, harus menggeser A/M switch terlebih dahulu). Apabila jangkauan zoom lensa kit ini dirasa masih kurang, Anda bisa menabung dulu untuk nantinya menambahkan lensa tele ekonomis Nikon AF-S 55-200 DX (1,6 juta untuk non-VR dan 2,2 juta dengan VR).

Final words

Bila disimpulkan, hal yang layak diacungi jempol dari Nikon D40 (dan lensa kitnya) adalah performanya yang melebihi harganya. D40 beserta lensa kitnya telah mampu menghasilkan foto berkualitas dengan warna yang indah (meski default JPEG cenderung agak over saturated), eksposure dan kontras yang baik serta noise yang relatif bersih meski pada ISO tinggi. Selain itu D40 memiliki keunggulan pada ukurannya yang kecil (dan ringan) namun tetap menjaga ergonominya dengan baik, layar LCDnya yang tajam, daya tahan baterai yang awet (menggunakan baterai baru tipe EN-EL9), menu sangat simpel dan mudah, adanya retouch menu dan sudah mendukung USB 2.0 serta SDHC memory card (sampai 4 GB).

Tentu saja dengan harga semurah ini, Nikon D40 tidak bisa lepas dari adanya kekurangan. Masalah pertama tentunya adalah keterbatasan pilihan lensa yang bisa auto fokus di D40. Selain itu, modul auto fokus yang hanya memiliki 3 titik amat tertinggal daripada pesaing yang umumnya telah mencapai 7-11 titik, hal ini dapat menyulitkan saat memotret vertikal, tidak ada top status LCD (meski bagi sebagian orang ini bukan suatu masalah), tidak ada mode exposure dan white-balance bracketing, tidak ada DOF preview dan tanpa fitur yang sedang tren saat ini, sistem ‘anti debu’.

So, menurut saya Nikon D40 memang layak direkomendasikan sebagai kamera DSLR entry level terbaik saat ini. Demikianlah mini-review yang saya dapat sajikan, semoga dapat berguna bagi Anda terutama yang sedang mencari DSLR idaman, salam.

Update :

Saya telah membuat topik khusus berisi tanya jawab seputar Nikon D40 di sini.

Untuk tips dan trik Nikon D40 simak di sini.

Published by

Erwin M.

Saya suka mengikuti perkembangan teknologi digital, senang jalan-jalan, memotret, menulis dan minum kopi. Pernah bekerja sebagai engineer di industri TV broadcasting, namun kini saya lebih banyak aktif di bidang fotografi khususnya mengajar kursus dan tur fotografi bersama infofotografi.com.

15 thoughts on “Review : Digital SLR Nikon D40”

  1. Kalo mo kursus photografi dmana ya …? ( Jakarta )
    Saya Juga bingung pilih Nikon D40 atau Canon EOS 400 D

    Tks.
    iwanvespa

  2. Terdapat beberapa tempat kursus fotografi yang bagus di jakarta, bisa coba cari di fotografer.net atau ayofoto.com untuk lebih lengkapnya. Nikon D40/D40x dan Canon EOS 400D sama-sama produk DLSR yang laris di pasaran dan keduanya adalah DSLR kelas value yang baik. Bila budget terbatas pilihan jelas D40, namun jika ada dana lebih bisa ambil Nikon D40x atau Canon 400D. Coba baca review dari web luar negeri untuk referensi tentang EOS 400D. Saya hanya bisa mereview Nikon D40 dan tidak dapat membuat review untuk produk lain yang tidak saya miliki. Salam..

  3. Akhirnya saya memilih dan membeli Nikon D40 agk sedikit Gaptek karena baru pertama kali memakai Camera DSLR mohon pencerahan apakah punya Buku Panduan D40 yang berbahasa indonesia…. Apa itu ISO …. Buka Tutup Lensa …. Wah bener2 bingung deh …
    Salam

  4. Saya jadi tertarik nih pengen beli setelah baca reviewnya. Tapi tanya dulu deh bedanya yang body silver sama yang Black apa y?
    Kenapa yang silver lebih murah harganya dibandingkan yang black?

    thanks.

  5. Soal warna rasanya hanya masalah selera, namun umumnya di pasaran hanya tersedia yang versi hitam. Disamping itu lensa-lensa Nikon juga umumnya berwarna hitam. Akan lucu nantinya jika bodi kamera berwarna silver tapi lensanya hitam. Mungkin itu alasan kenapa yang hitam kok lebih mahal. Salam..

  6. aduh pgn tanya, itu d40 skrg yg bru dan semua satu paket brapa yah harganya? yang sudah termasuk lensa, body, semua deh pokoknya! makasih atas sarannya! budget saya sktar 5jutaan . kebeli ga yah?

  7. Waduh mba Icha maaf nih, saya tidak jualan kamera tapi cuma pemakai D40 aja. Soal harga bisa cari-cari di web deh. Tapi setahu saya sekitar 4,8 juta udah lengkap ama lensa kit dan memori. Cuma saran saya pastiin belinya yang garansi resmi ALTA ya, biar lebih tenang. Nanti kalo masih ada dana lebih (budgetnya 5 juta kan?) bisa beli tripod dan tas kamera. Selamat belanja ya..

  8. Saya pengen banget kursus photografi, tapi sering minder sama temen yg lain karena camera saya cuma Nikon D50 lensanya juga cuma Tamron. Mhn saran gmn baiknya.

  9. Mbak Katya masih lebih baik, punya Nikon D50 yang ada motor autofokus pada body. Punya saya ‘cuma’ Nikon D40 dan lensanya ‘cuma’ lensa kit. Memang sih, saya juga merasakan hal yang sama saat mempertimbangkan untuk kursus fotografi, yaitu rasa minder akan peralatan yang dimiliki. Saya juga perlu info dari pembaca sekalian, dimana ada kursus foto untuk pemula yang baru punya kamera dan lensa ‘biasa’, sehingga semua pesertanya memiliki rasa ‘kebersamaan’ he..he..

  10. wah keren review d40nya, lumayan lengkap dan semakin menambah keyakinan saya.
    kalau boleh saya ingin bertanya tentang lensanya, saya ingin membeli d40 body only tapi masih bingung dengan pemilihan lensanya, saya melihat dua buah lensa Nikon AF-S DX VR Zoom-Nikkor 55-200mm f/4-5.6G IF-ED dengan Nikon AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF-ED, ke 2 lensa tidak terlihat perbedaan harga yang signifikan, mungkin bisa diterangkan sedikit mana yang lebih baik dari ke2 lensa tersebut.

    salam

  11. Kedua lensa itu sama-sama kelas value tapi beda fungsi. Nikor 55-200 lebih sebagai pendamping ekonomis lensa kit Nikor 18-55 (untuk menyamai jangkauan lensa Nikor 18-200). Nikor 18-135 awalnya adalah lensa kit D80 yang cukup populer karena ketajamannya. Apabila awalnya membeli D40 body only (karena kurang sreg dengan lensa kitnya) maka baiknya beli lensa Nikor 18-135 atau Nikor 18-70 yang lebih baik. Bisa juga pertimbangkan Nikor 18-55VR apabila perlu stabilizer pada lensa. Semoga cukup jelas ya..

  12. Wah, reviewnya luar biasa…
    Tapi, kebetulan saya menggunakan kacamata, jadi agak ribet kalau pake view vinder, D40 bisa live view gak yach? Trus, kalo bisa pake live view, kecepatan memotretnya apakah jadi terhambat karena harus mengangkat mirror terlebih dahulu?
    Lalu, kalo ga pake anti debu kira2 apa ada efeknya? Mungkin perawatan jadi sulit, atau malah jadi mahal…
    Makasi buat bang Gaptek28…

  13. Live view sementara hanya ada di Nikon D300, dan sistem ini jelas akan menghambat kecepatan motret. Anti debu hanya upaya kamera utk mengurangi debu yang nempel di sensor. Debu ini akan jadi titik hitam pada foto yang diambil dengan diafragma kecil (f/11 keatas). Saya pakai peniup debu biasa dan hasilnya lumayan, sebagian debu bisa hilang (sebagian lagi msh bandel). Hindari melepas lensa di daerah berdebu, gunakan f besar (f/8 kebawah), beli peniup debu, beres…

Comments are closed.