Di awal hadirnya kamera DSLR, sensor full-frame merupakan hal yang jarang dijumpai. Alasannya adalah biaya produksi yang tinggi, sehingga produsen kamera digital lebih memilih memakai sensor yang lebih kecil dari ukuran full-frame, yaitu sensor APS-C. Untuk mengimbangi sensor yang lebih kecil ini, para produsen juga menyiapkan lensa khusus yang lebih sesuai, sebutlah misalnya Nikon DX atau Canon EF-S. Tapi lensa-lensa semacam ini tidak terlalu banyak pilihannya, karena mereka membuatnyaa secara bertahap (mungkin setahun hanya bikin 1 atau 2 lensa). Kabar baiknya, pemilik kamera DSLR sensor APS-C boleh-boleh saja memilih lensa yang didesain untuk kamera full-frame, karena memang kompatibel. Apakah untung ruginya? Simak yuk..
Lensa full-frame
Istilah lensa full-frame mungkin agak membingungkan, karena tidak ditulis secara eksplisit di lensanya atau di dusnya. Secara pengertian, lensa full-frame adalah lensa yang mampu mencakup ukuran sensor full-frame atau ukuran film 35mm. Di Nikon, semua lensa yang dibuat dari 52 tahun yang lalu (tentunya adalah era SLR film) adalah full-frame, kecuali kalau ada logonya DX. Di Canon, semua lensa sejak 1986 yang bertuliskan EF lens, itu artinya full-frame. Di ujung lensa Canon EF ada titik merah yang menandakan kalau itu lensa full-frame (untuk EF-S ditunjukkan oleh kotak kecil warna putih). Untuk merk lensa alternatif, perlu dicek istilah masing-masing, misal Tamron memberi kode Di (Di-II untuk APS-C) Sigma menyebut lensa full-frame dengan kode DG (DC untuk APS-C).
Keuntungan
Faktanya, hampir semua lensa profesional adalah lensa full-frame. Artinya untuk kualitas dan kinerja terbaik, memang sebaiknya memakai lensa full-frame. Semua lensa L series Canon pun adalah full-frame. Tapi ada juga lho lensa full-frame yang kelas consumer (kelas rakyat) dan harganya tentu lebih bersahabat. Jadi, keuntungan pertama adalah banyaknya pilihan lensa berkualitas tinggi. Contoh gambar di bawah : kamera DSLR APS-C (Nikon D7000) dengan lensa full-frame murah meriah (AF-S 50mm f/1.8).
Keuntungan lain adalah ketajaman lensa bisa didapat hingga ke tepi gambar. Ingat kalau lensa itu umumnya hanya tajam di bagian tengah, dan semakin soft ke pinggirnya. Dengan memakai lensa diameter besar di sensor yang lebih kecil (APS-C), maka sensor kecil ini seakan-akan hanya memakai bagian tengah dari lensa, dan itu artinya bagian yang tajam dari lensa lah yang ditangkap sensor. Ilustrasinya seperti di bawah ini..
Lingkaran di atas adalah diameter lensa full-frame. Kotak putih di bagian dalam adalah area sensor APS-C. Perhatikan bahwa sensor APS-C hanya mengambil sebagian area dari lensa. Memang kesannya mubazir, tapi lihatlah sisi positifnya. Sensor APS-C hanya merekam bagian terbaik dari lensa, yaitu area tengahnya saja.
Mungkin ini juga bisa dibilang keuntungan : futureproof. Misalkan anda yang pemakai Canon saat ini punya 60D (DSLR APS-C), lalu tiba-tiba tahun depan ada rencana ganti ke 6D (DSLR full-frame). Nah, mengoleksi lensa EF dari sekarang tentu adalah langkah bijak daripada membeli lensa-lensa EF-S yang nanti pasti tidak kompatibel di 6D (lensa EF-S tidak bisa dipasang di bodi full-frame).
Kerugian
Karena diameter lensa yang besar, secara umum mayoritas bentuk lensa full-frame itu besar dan berat. Untuk kamera DSLR ukuran besar mungkin tidak masalah, tapi bagi kamera DSLR mungil (biasanya kamera pemula) maka proporsionalnya jadi tidak pas dilihat. Bandingkan dengan lensa DX / lensa EF-S yang mayoritas berukuran relatif kecil sehingga dilihatnya lebih ‘pas’ saat dipasang di kamera DSLR pemula. Foto bawah : istri saya memegang Nikon D40 dengan lensa full-frame 24-70mm di tahun 2008.
Oke, apakah cuma masalah proporsional aja, yang notabene sifatnya subyektif? Tidak juga, perhitungkan juga faktor terukur yang bisa dirasakan, yaitu bobot lensa. Lensa full-frame mayoritas besar dan berat, jadi bayangkan saat kita hendak memotret sehari penuh sambil berjalan membawa lensa full-frame seperti 70-200mm maka dijamin tangan dan bahu akan pegal-pegal 🙂
Jadi tidak ada kerugian secara materi atau resiko kerusakan apapun saat memakai lensa full-frame di kamera APS-C. Hanya soal bobot dan ukuran saja, plus harga lensa full-frame yang lebih mahal. Selanjutnya, terserah anda..
Reblogged this on JAWAD BAHONAR.
Nice Post Bang..
Pnjlasn yg bgus
penjelasanya bagus banget mas.. saya mau tanya, apakah kalo DSLR APS-C pakai lensa full framebisa autofokus ?
Tergantung. Kalo sistem canon EOS bisa. Kalo nikon bodinya D3000/D5000 series pake lensa lama (bukan AF-S) tidak bisa auto fokus.
Wah kebetulan aku lagi bingung nih. Bodyku nikon D5200(aps-c). Bingung mau pilih antara afs 35 dan afs 50. Katanya ada crop factro lah yang mengharuskan sy pilih 35.
Tujuan foto, outdoor, streetlife, candid.
Tolong bantuannya mas. Selengkap2nya. Makasih.
Bisa dibaca disini : http://kamera-gue.web.id/2011/11/20/perbedaan-antara-lensa-fix-35mm-dan-50mm/